RADARSEMARANG.COM, KETERAMPILAN Berbicara merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang bersifat produksi lisan. Keterampilan berbicara menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan paparan secara lisan yang merupakan hasil pemikiran, perasaan, dan idenya.
Tarigan (2008:16) mendefinisikan, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Scott dalam Johnson (1981) mengemukakan bahwa berbicara merupakan suatu kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih, dan para partisipannya berperan baik sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap apa yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera.
Tujuan pengajaran bahasa, termasuk bahasa asing, ialah mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Pada dasarnya, mereka yang belajar bahasa asing diharapkan dapat mengerti setiap pesan yang disampaikan oleh penutur asli atau lawan bicara. Juga melalui kegiatan berbicara, mereka diharapkan dapat menciptakan ungkapannya sendiri sebagai suatu respon terhadap pesan-pesan yang telah didengarkan maupun sebagai suatu cara mengekspresikan dengan spontan segala perasaan dan keinginannya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan berbicara, setiap partisipan, yaitu pembicara dan pendengar, harus mampu menafsirkan apa yang dikatakan kepadanya yang sebenarnya tidak dapat diramalkan secara tepat bentuk atau artinya. Selain itu, partisipan akan menjawab sesuai dengan kemampuan tutur bahasa yang dimiliki sebagai tahap penyelesaian pembicaraan, dengan cara memperhatikan apa yang baru saja dikatakan dan maksud gagasan atau pendapat yang akan disampaikan dalam interaksi.
Berdasarkan pengamatan, keterampilan berbicara bahasa Prancis, siswa SMA Negeri 1 Bawang, Kabupaten Batang, masih perlu ditingkatkan. Perlu perubahan teknik pengajaran yang mampu menarik keterlibatan siswa dalam berkomunikasi.
Jeux de rôle artinya bermain peran atau yang dalam bahasa Inggris-nya dikenal dengan Role Playing. Jeux de rôle (bermain peran) merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dalam metode ini penyampaian materi pembelajaran dengan menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar siswa memberi penilaian (Adiputra, 2012). Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.
Pembelajaran bahasa Prancis akan lebih menarik jika dikemas dalam pembelajaran bermain peran (Jeux de rôle) yaitu siswa dapat mengalami langsung situasi pembelajaran yang terkait dengan materi. Dengan cara ini diharapkan akan meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang pada akhirnya dapat tercapainya prestasi belajar sesuai dengan standar ketuntasan. Melalui proses belajar seperti ini diharapkan peserta didik mampu menghayati tokoh yang diperankannya. Sehingga peserta didik akan belajar, 1) mengeksplorasi perasaannya; 2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; 3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan 4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Keberhasilan dalam penghayatan peran menentukan berkembangnya pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai (Komara dalam Pranowo : 2012).
Penggunaan model pembelajaran ini telah meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal ini tampak pada saat mereka memerankan beberapa peran yang harus mereka mainkan. Memang belum semua siswa tampil percaya diri, tetapi sudah ada perkembangan dengan suara dan sikap yang cukup menjiwai. Bahkan ada yang mirip dengan karakter tokoh yang diperankan.
Pembelajaran dengan menggunakan metode Jeux de rôle ini akan bermanfaat bagi peningkatan kemampuan siswa dalam pemerolehan bahasa Prancis, karena pemahaman melalui pengalaman visual dapat tersimpan lama dalam benak siswa. Di samping itu ada kerja sama ataupun koordinasi yang terjalin baik antara guru dan siswa, tentunya hal ini dimaksudkan agar tujuan akhir pembelajaran bahasa Prancis tercapai. (ks/ida)
Guru Bahasa Prancis di SMA Negeri 1 Bawang, Kabupaten Batang