RADARSEMARANG.COM, BELAJAR adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang belum dipunyai sebelumnya. Dengan belajar, manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Alwi, 2003: 729).
Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual. Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan nilainilai spiritual.
Realitasnya, peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPS masih mengalami kesulitan, diantaranya: Kurangnya minat peserta didik pada pelajaran IPS yang beranggapan bahwa IPS merupakan pelajaran menghafal, pelajaran yang abstrak, sehingga sulit dipahami oleh peserta didik, kurangnya pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep dasar dalam materi, pembelajaran yang terlalu sering menggunakan media cetak, pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (Kurniawati, 2014: 2-5).
Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampakan sehingga hasil belajarnya kurang maksimal. Sehingga dari kondisi di atas motivasi belajar dan prestasi peserta didik pun mengalami penurunan. Kenyataan di lapangan khususnya pada pembelajaran IPS kelas VII di SLB-B Yaspenlub Kabupaten Demak, guru dalam memberikan penjelasan mengenai suatu konsep pelajaran IPS lebih banyak berceramah, bercerita tanpa didukung visualisasi yang konkrit berhubungan dengan materi.
Melihat kondisi tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang lebih banyak menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena aspek terpenting bagi guru dalam menghadapi perubahan berbagai bidang yang cukup pesat itu, adalah merubah pola pengajaran sejarah yang mampu beradaptasi dengan situasi baru dan menunjang pendidikan yang bersifat kemanusiaan. Artinya guru perlu mengembangkan penggunaan model, media, strategi, dan materi ajar, dengan begitu tujuan pengajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Berdasarkan paparan diatas, seharusnya dalam pembelajaran sejarah seorang guru mampu menjelaskan materi secara baik, tidak hanya berorientasi pada pengetahuan faktual saja, tetapi mampu memberikan contoh yang dimengerti oleh peserta didik. Dalam hal ini guru dapat menggunakan model pembelajaran dual coding dari Paivio.
Paivio (2006: 3), berpendapat bahwa manusia memiliki sistem memori kerja yang terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual. Ada dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent, yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal) (Solso, dkk., 2008: 300).
Kedua memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses informasi yang masuk. Menurut Paivio dalam Stenbergh (2008: 220) informasi bisa diberi kode, disimpan, dan diperoleh kembali dari dua sistem yang berbeda, satu menyesuaikan dengan informasi verbal, yang lain menyesuaikan dengan informasi visual. Dalam kaitannya dengan proses belajar, berdasarkan teori dual coding ini, suatu informasi (materi) akan lebih mudah diingat dan dipahami kalau disajikan secara verbal dan visual (Pajriah, 2012:).
Melalui model pembelajaran dual coding peserta didik dapat memadukan kemampuan verbal dan visual, sehingga motivasi dan prestasi belajar mereka meningkat seperti yang terjadi di kelas VII SLB-B Yaspenlub Kab. Demak pada KD 3.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat pada masa praaksara dan Hindu-Buddha dalam aspek pemerintahan, sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Pembelajaran menjadi lebih aktif dan bermakna bagi peserta didik. Terbukti pada melejitnya peningkatan motivasi peserta didik sehingga berimbas pada peningkatan hasil belajar peserta didik secara klasikal. (wa1/zal)
Guru SLB-B Yaspenlub, Demak