30 C
Semarang
Monday, 12 May 2025

Pembelajaran Matematika Lebih Kritis dengan Team Assisted Individualization

Oleh: Suprayitno,S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pada dasarnya mengajar bukan sekadar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga melatih kemampuan berpikir siswa. Bagaimana siswa mampu menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah. Materi pelajaran semestinya digunakan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir, bukan sebagai tujuan. Hasil pelajaran bukan sekadar nilai yang tercantum dalam lembar kertas hasil pekerjaan siswa ataupun hasil rapor yang diterimakan pada siswa.

Pengajaran yang terlalu menekankan penyampaian informasi berpotensi menghilangkan konsentrasi dan motivasi belajar siswa (Hamruni, 2012). Proses pembelajaran satu arah melenyapkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat. Siswa cenderung tidak tahu kesalahan guru. Siswa menjadi lebih individualistis. Siswa tidak peduli dengan sesamanya yang belum memahami materi, karena mereka beranggapan bahwa guru bertugas memberikan siswa pemahaman materi belajar.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SD Negeri Margorejo. Pembelajaran model Team Assisted Individualization (TAI) memungkinkan siswa dapat berlajar mandiri maupun kelompok. Jika siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, pada saat tatap muka tersebut dilakukan pembimbingan oleh guru dengan memberikan penjelasan dan bagaimana cara memahami isi ceita tersebut sehingga siswa akan menemukan jawaban yang dihadapinya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah TAI yang dikembangkan oleh Slavin. Menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pemberian instruksi individual. Dalam TAI siswa pertama memecahkan masalah secara individual dan kemudian meminta bantuan dari anggota tim mereka. Dengan demikian, mereka dipaksa untuk bekerja dalam sebuah tim untuk meraih satu tujuan, dan saling membantu untuk kesuksesan tim mereka (Tarim & Akdeniz, 2007)

Tujuan dari kegiatan tersebut adalah melatih kerja sama dalam memecahkan masalah, mengurangi sifat egois, belajar menghargai pendapat teman, melatih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. Dari hal tersebut diharapkan siswa lebih mudah memahami materi, jika ada materi yang sulit dapat diselesaikan bersama-sama. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif TAI ini adalah sebagai berikut: Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. Skor ini dapat diperoleh dari nilai ulangan harian sebelumnya. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, kemampuan sedang maupun kemampuan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.

Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). Kemandirian belajar adalah salah satu aspek penting yang perlu ditingkatkan siswa.

Kemampuan berpikir kritis menurut Deswani (2009: 119) adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, di mana informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi.

Indikator kemampuan berpikir kritis diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut: Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. Mencari alasan. Berusaha mengetahui informasi dengan baik. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. Berusaha tetap relevan dengan ide utama. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar. Mencari alternatif. Bersikap dan berpikir terbuka. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

Pembelajaran model TAI dapat meningkatkan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, terutama pada materi bilang bulat. Karena dengan model TAI, peserta didik menjadi semangat belajar dan berpikir kritis. Sehingga mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. (kd/aro)

Guru SD Negeri Margoejo, Kec. Cepiring, Kab. Kendal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya