31 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Mengidentifikasi Jenis Rangkaian Listrik dengan Model Pembelajaran PBL

Oleh: Yayuk Widyawati, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pembejaran jarak jauh di masa pandemi yang hampir 1,5 tahun ini, tidak sedikit berdampak pada menurunnya minat dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan pembelajaran. Untuk mengarahkan peserta didik dalam meningkatkan minat dan kreativitas tersebut, tentu membutuhkan proses pembiasaan dan arahan. Namun tidak sedikit peserta didik yang mengeluh apabila guru memberikan suatu permasalahan dalam pembelajaran untuk didiskusikan dan dicari solusinya.

Agar minat dan kreativitas peserta didik menjadi meningkat, kita sebagai seorang guru harus bisa membiasakan peserta didik untuk mengatasi suatu permasalahan pembelajaran dengan model pembelajaran yang menarik dan variatif. Salah satunya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam meningkatkan kompetensi aspek kemampuan (hard skills) maupun sikap (soft skills) sesuai anjuran penerapan kurikulum 2013.

Menurut Barrett (2011: 4) menguraikan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari suatu proses pemecahan masalah yang disajikan di awal proses pembelajaran. Siswa belajar dari masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, mengorganisasi, merencana, serta memutuskan apa yang dipelajari dalam kelompok kecil.

Dalam hal ini jenis permasalahan yang digunakan guru kelas 6B SD Negeri 2 Sukorejo dalam penerapan pembelajaran termuat pada Tema 3 Sub Tema 3 Muatan Pelajaran IPA Materi Mengidentifikasi Jenis Rangkaian Listrik dengan pemberian suatu kasus mengenai pengamatan rangkaian lampu di kelas untuk diidentifikasi jenis dan sistem kerja rangkaian listriknya. Kegiatan pembelajaran berbasis kasus ini ada langkah- langkah yang harus dilakukan, yang pertama guru membagi peserta didik menjadi lima kelompok.

Guru membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok, kemudian guru menyampaikan masalah yang akan dipecahkan secara berkelompok berupa guru mendemonstrasikan untuk menyalakan dan memutuskan sakelar lampu di ruang kelas. Di antaranya, mengapa ketika sakelar A dinyalakan, tidak semua lampu di ruang kelas menyala? Dan sebaliknya ketika sakelar A diputuskan, mengapa tidak semua lampu padam, begitu seterusnya.

Peserta didik mengamati peragaan guru dengan seksama. Guru melakukan pengarahan dan pembimbingan kepada peserta didik untuk mendiskusikan kasus tersebut sesuai LKPD yang sudah dibagikan dengan mengarahkan peserta didik untuk berduskusi mengumpulkan data atau konsep selama proses penyelidikan dalam memecahkan kasus tersebut. Peserta didik secara bergantian memberikan pendapat terkait penyelidikan kasus. Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan, sehingga karya setiap kelompok siap untuk dipresentasikan. Guru membimbing presentasi dan mendorong setiap kelompok memberikan penghargaan serta masukan kepada kelompok lain. Kemudian langkah terakhir, guru bersama peserta didik menyimpulkan materi.

“Saya merasa senang karena ada teman sekelompok yang ikut membantu dalam proses penyelidikan masalah, seperti berpendapat, mencari konsep, dan lain-lain. Sehingga masalah pun dengan mudah diselesaikan secara cepat dan bersama-sama,” kata salah satu peserta didik kelas 6B di SD Negeri 2 Sukorejo.

Berdasarkan proses pembelajaran tersebut ternyata dengan belajar membiasakan menyelesaikan masalah dalam suatu pembelajaran. Banyak manfaat yang diperoleh peserta didik. Manfaat tersebut antara lain, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengaitkan berbagai konsep atau data secara terampil, memudahkan peserta didik dalam memahami materi karena dikemas dalam bentuk kolaborasi (diskusi). Menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik dalam berpendapat, sekaligus membiasakan peserta didik untuk melatih kemampuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara lebih mudah dan terstruktur karena permasalahan tersebut diselidiki bersama-sama dengan kelompoknya melalui proses kolaborasi, komunikasi, dan interaksi sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih berkesan. (kd/aro)

Guru SD Negeri 2 Sukorejo, Kab. Kendal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya