RADARSEMARANG.COM, Belajar merupakan kegiatan sehari-hari peserta didik. Kegiatan belajar bisa dilakukan di sekolah, di rumah dan di tempat lain. Seperti museum, perpustakaan, kebun binatang, sawah, hutan atau sawah. Peserta didik belajar atas kemauan sendiri. Selain itu guru harus merancang kegiatan belajar dalam desain instruksional. Peserta didik akan mengerjakan tugas belajar sekolah. Sehingga ada peranan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Pengamatan penulis di kelas VIII F SMP Negeri 4 Batang tentang perilaku belajar peserta didik menemukan tiga hal. Pertama, ada peserta didik bermalas-malasan belajar karena ketidaktahuan manfaat dan kegunaan mata pelajaran dan hasil belajar rendah. Kedua, ada peserta didik malas belajar karena persoalan dengan teman atau keluarga. Hasil belajarnya menjadi rendah. Ketiga, ada peserta didik yang semangat dan rajin belajar. Padahal mengalami keadaan yang mengganggu konsentrasi belajar. Namun, mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajar.
Dari catatan pengalaman tersebut, guru perlu memperhatikan kondisi eksternal dan internal peserta didik. Tidak semua persoalan dihadapi peserta didik harus diselesaikan dengan tuntas oleh guru. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran. Namun setidaknya secara umum guru akan membantu mereka yang menghadapi gangguan dalam proses belajar, terkait kurangnya motivasi belajar.
Berkenaan dengan materi konflik, tampak peserta didik pasif dan malas belajar. Sehingga hasil belajarnya menjadi rendah. Guru akan memotivasi agar hasil belajar yang semula rendah menjadi meningkat.
Peranan guru untuk meningkatkan motivasi belajar sangat berarti. Pada dasarnya peserta didik belajar karena didorong kekuatan mentalnya yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk dalam belajar. Dalam motivasi terdapat keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2015: 80).
Komponen utama dalam motivasi adalah: KDT, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Guru akan menggali lebih dalam tentang ketiga komponen ini, dengan harapan agar motivasi belajar peserta didik meningkat. Sehingga hasil belajarnya meningkat. Kebutuhan peserta didik akan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dengan apa yang diharapkan tidak seimbang. Muncul persoalan. Solusi dari persoalan ini adalah peserta didik harus mengubah cara belajarnya. Dorongan adalah kekuatan mental yang berorientasi pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi tujuan inilah inti dari motivasi.
Kebutuhan fisiologis peserta didik berkenaan kebutuhan pokoknya. Seperti kebutuhan makan, uang jajan, pakaian seragam, tas, sepatu serta alat tulis. Kebutuhan rasa aman berkenaan dengan keamanan bersifat fisik dan psikologis. Mereka merasakan aman saat mengikuti pelajaran, mampu mengekspresikan kemampuan, serta mengembangkan potensi. Kebutuhan sosial peserta didik perlu diperhatikan. Yakni kebutuhan diterima dan membaur dengan teman-temannya, berdiskusi serta berkreasi.
Tujuan merupakan titik akhir sementara pencapaian kebutuhan. Jika tujuan tercapai maka kebutuhan terpenuhi sementara. Jika kebutuhan terpenuhi, maka peserta didik akan merasa puas dan dorongan mental berbuat terhenti sementara. Guru akan memotivasi peserta didik dan menginformasikan pentingnya motivasi belajar, yaitu: 1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir; 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar; 3) mengarahkan kegiatan belajar; 4) membesarkan semangat belajar, dan 5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan. Kelima hal tersebut menunjukkan pentingnya motivasi yang disadari peserta didik.
Guru yang mampu memotivasi peserta didiknya dengan KDT (kebutuhan, dorongan dan tujuan) akan dapat melihat keberhasilan peserta didiknya dalam proses belajar. Sehingga hasil belajar mengalami peningkatan. Peserta didik yang awalnya tidak berminat belajar menjadi bersemangat. Mengubah peserta didik cerdas yang acuh tak acuh menjadi peserta didik cerdas yang bersemangat belajar. (bat2/fth)
Guru IPS SMP Negeri 4 Batang