RADARSEMARANG.COM, Mata Pelajaran IPS di SMP sarat dengan materi. Sebab terintegrasi dari empat disiplin ilmu sosial dan kebiasaan yang umum terjadi materi disampaikan secara teacher center. Hal tersebut menjadikan pembelajaran IPS membosankan. Untuk mengatasinya, guru harus mampu menyajikan materi secara kreatif dan Inovatif serta dilengkapi Media Pembelajaran menarik.
Saat ini mendesak untuk melakukan inovasi dan adaptasi terkait pemanfaatan media yang tersedia dalam mendukung proses pembelajaran (Ahmed et al., 2020). Praktiknya mengharuskan pendidik maupun peserta didik berinteraksi secara intensif. Pembelajaran dapat memanfaatkan media adaptif dari berbagai platform guna mensukseskan transfer knowledge kepada peserta didik. (Gunawan et al., 2020). Tentunya disesuaikan dengan materi yang disajikan guru.
Pelaksanaan Pembelajaran sekarang adalah pola shifting. 50 persen belajar di sekolah, 50 persen dari rumah. Diskusi dan transfer pengetahuan secara face-to-face layaknya bertemu dapat diimplementasikan dalam pembelajaran tatap muka maupun belajar dari rumah. Selama pembelajaran moda shifting tentunya memiliki beberapa kelemahan atau permasalahan. Permasalahan tersebut tentu harus tetap dievaluasi guna memperoleh pembelajaran lebih baik. Kuncinya untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kondisi setempat (Zhang et al., 2020). Hal terpenting untuk menciptakan aktivitas dan hasil belajar peserta didik di tengah pandemi.
Solusinya, guru menggunakan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPS di Kelas VII SMPN 1 Kandeman. Model make a match atau mencari pasangan dikembangkan Lorna Curran (Lie, 2010). Model pembelajaran ini lahir sebagai solusi menghindarkan peserta didik dari kebosanan saat proses pembelajaran. Sedangkan Wahab (2007) berpendapat pembelajaran make a match adalah model pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi di samping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model make a match adalah sebagai berikut: pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kedua guru menyampaikan materi dan menginformasikan model belajar yang akan diterapkan dan menerangkan alur pelaksanaannya. Selanjutnya guru membagi seluruh siswa menjadi dua kelompok. Dimana kelompok pertama diberikan kartu berisikan identitas Kerajaan Islam di Indonesia dan kelompok kedua diberikan kartu identitas Raja yang memerintah. Dengan memberikan batasan waktu, guru meminta peserta didik siswa memasangkan kartu tersebut.
Hasil memasangkan kartu dipresentasikan di depan kelas dan dilakukan pengecekan terhadap hasil kerja. Guru memandu peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik dapat kartu berbeda, demikian seterusnya. Ketiga guru menutup pembelajaran dengan refleksi dan menyampaikan kesimpulan. Kegiatan penutup yakni peserta didik melaksanakan evaluasi dengan mengerjakan 10 soal.
Model pembelajaran make a match berbantuan media kartu sangat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mereka lebih memahami materi Kerajaan Islam di Indonesia. Peserta didik dilatih bekerjasama dengan teman dalam kelompoknya. Peserta didik termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Peserta didik senang saat dilakukan permainan mencari pasangan dengan menggunakan media kartu. Hal ini menunjukkan bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan cara menyenangkan tanpa ada unsur paksaan dan semata-mata keinginan sendiri. Bermain juga merupakan aktivitas fleksibel dan bersifat aktif. (bat2/fth)
Guru IPS SMP Negeri 1 Kandeman