RADARSEMARANG.COM, Perkembangan dunia pendidikan yang semakin kompetitif, mendorong sekolah untuk meraih keunggulan kompetetif. Keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah. Aset sekolah terbagi menjadi dua. Yaitu aset berwujud dimana merupakan aset yang mempunyai substansi fisik dan aset tidak berwujud (intangible asset) merupakan aset tidak mempunyai substansi fisik.
Perkembangan tekhnologi dan globalisasi ditandai pergeseran tekhnologi dari era hard automation ke era smart tecknology. Dimana pekerjaan berubah radikal dari mengandalkan otot dan ketrampilan menjadi knowledge based work – pekerjaan yang lebih mengandalkan otak dan pengetahuan. Maka intangible asset menjadi sangat penting. Modal intelektual dipandang sebagai sub set intangible asset yang dapat memberikan kontribusi ke masa depan serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif. ((Black dan Boal, 1994 dalam Choudhary, 2010)
Modal intelektual terdiri tiga elemen yaitu modal manusia, modal sosial dan modal organisasional. Aset terpenting adalah sumber daya manusia karena modal manusia yang mengendalikan aset lain yang dimiliki sekolah. Pada modal organisasional berhubungan kemampuan sekolah dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, orang tua, maupun masyarakat. Sedang modal sosial merupakan hasil kemampuan sekolah untuk berinteraksi secara positif dengan peserta didik, orang tua wali, komite sekolah, lingkungan sekitar, stakeholder dan masyarakat.
Pengelolaan dari ketiga elemen, modal intelektual akan membantu sekolah dalam mencapai keunggulan kompetitif. Sehingga dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran berkualitas. Jika proses pembelajaran diukur komitmen guru dalam melaksanakan proses pembelajaran serta kemampuan sekolah dalam menghasilkan lulusan berkualitas, maka modal intelektual yang paling penting. Sebab menjadi sarana dalam meningkatkan komitmen organisasional guru di sekolah dan menciptakan lulusan berkualitas.
Pada kenyataannya walaupun guru memiliki kualifikasi S1 dan sertifikat pendidik, tapi masih dijumpai permasalahan dalam KBM yang kurang maksimal. Baik penyusunan administrasi pembelajaran maupun analisis hasil evaluasi. Sedang masalah komitmen organisasional adalah komitmen yang tidak sama pada setiap guru. Tinggi rendahnya komitmen guru dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya modal intelektual, asset intangible yang sangat penting di era informasi.
Untuk mengetahui hubungan guru dengan komitmen organisasional maka langkah kegiatan yang dilakukan adalah : 1) menyebar angket kepada subyek atau guru pada lingkungan yang ditentukan; 2) Mendeskripsikan subjek penelitian dari hasil angket berdasar enam indikator dengan enam indikator yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, masa kerja, pangkat dan golongan serta sertifikasi guru; 3) Mendeskripsikan variabel X yaitu modal manusia, modal sosial dan modal organisasional; 4) Mendeskripsikan variabel Y yaitu efikasi guru, komitmen organisasional; 5) melakukan beberapa uji untuk mengetahui hubungan variabel X dan Y yaitu uji validitas variabel X dan Y, uji reliabilitas, uji normalitas, uji asumsi klasik, uji kelayakan model, uji determinasi, uji regresi, uji mediasi dan uji hipotesis
Berdasarkan hasil dari beberapa uji diatas, dapat disimpulkan Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Komitmen Organisasional dimediasi Efikasi Guru SMP Negeri 1 Sub Rayon Batang Timur Kabupaten Batang adalah sebagai berikut: 1) Modal Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap efikasi guru; 2) Modal Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efikasi guru; 3) Modal Organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap efikasi guru; 4) Modal manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap komitmen organisasional; 5) Modal Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional; 6) Modal Organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional; 7) Efikasi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional. (bat2/fth)
Kepala SMP Negeri 2 Reban