RADARSEMARANG.COM, PADA zaman milenial sekarang ini, sebagian besar pesrta didik kurang berminat memahami pelajaran bahasa Jawa. Ini karena bahasanya dan cara penulisanya yang dirasa sulit dan berbeda dengan penulisan bahasa Indonesia. Akibatnya, pengenalan peserta didik terhadap karya sastra tentang cerita wayang sudah sangat minim. Padahal dalam materi bahasa Jawa tentang pewayangan sarat dengan nilai- nilai luhur yang sangat bemanfaat bagi karakter generasi sekarang sesuai program pemerintah dengan adanya karakter pelajar Pancasila.
Pembelajaran yang monoton di ruangan dengan teknik ceramah akan membuat peserta didik menjadi bosan, tidak berkonsentrasi dalam belajar karena yang dilihat hanya yang ada di ruang kelas itu saja. Untuk itu, pembelajaran bahasa Jawa tentang cerita Ramayana perlu diubah lebih baik dan menarik dengan berbagai variasi. Salah satu dengan menggunakan media wayang kulit yang menarik bagi peserta didik.
Di SMK Negeri 1 Jambu merupakan sekolah desa yang lingkungan sekitarnya masih menjaga nilai-nilai budaya misalnya reog, jaranan, dan topeng ireng. Namun tentang cerita wayang kurang diminati para peserta didik. Sehingga dalam pembelajaran cerita Ramayana dengan teknik ceramah, peserta didik diminta membaca dan menghafal saja terlihat siswa kurang antusias dan cenderung tertekan.
Hal itu terlihat dari saat diadakan ulangan hasil rata-rata di bawah KKM. Karena itu, perlu menerapkan pembelajaran yang mengajak peserta didik tidak hanya mendengar tetapi juga melihat dan berinteraksi langsung. Bahkan bisa memainkan beberapa tokoh wayang kulitnya yang ada dalam materi kelas X semester genap cerita Ramayana.
Dengan dilaksanakanya pembelajaran menggunakan media wayang kulit pada materi memahami Cerita Mahabarata, peserta didik senang, asyik, dan antusias melaksanakan pembelajaran. Hasil evaluasinya, hasil pembelajaran meningkat.
Penggunaan media wayang kulit sebagai salah satu metode untuk memudahkan peserta didik menangkap alur cerita, tokoh, dan penokohan dengan berbagai karakter masing-masing tokoh wayang serta pesan kebaikan yang terkandung dalam cerita wayang.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Briggs (1977), media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya. Menurut Nasional Education Associaton (1969), media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalambentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi tidak akan bisa berlangsung optimal.
Langkah pembelajaran dengan media wayang tentang memahami cerita Ramayana kelas X semester genap di SMK Negeri 1 Jambu terdiri atas 4 tahap. Pertama, tahap persiapan dengan menentukan judul cerita wayang (Anoman duta). Kedua, mempersiapkan beberapa wayang kulit sesuai tokoh dalam cerita. Ketiga, mengenalkan nama tiap tokoh, karakter tokoh dan suaranya. Keempat, peserta didik diminta membuat kelompok terdiri atas lima orang.
Kemudian peserta didik diminta membagi siapa yang menjadi tokoh apa dan memainkan wayang sesui cerita sesuai alur cerita. Suara tiap tokoh yang sudah dicontohkan dengan gerakan seperti dalang. Bahasa yang dipakai bahasa Jawa sesuai dialek mereka sehari-hari dari ngoko halus sampai krama halus.
Setelah penggunaan media wayang, peserta didik merasa senang dan antusias dalam proses pembelajaran. Bahkan lebih bertanggung jawab memahami alur cerita, nama tokoh, karakter tokoh, serta amanat yang terkandung dalam cerita yang dimainkan. Terlebih lagi ketika diadakan ulangan tentang cerita Ramayana (Anoman Duta) kelas X semester genap di SMK Negeri 1 Jambu, Kabupaten Semarang, nilai rata-rata sudah di atas kriteria ketentuan minimal (KKM). (ump1/ida)
Guru Bahasa Jawa SMK Negeri 1 Jambu, Kabupaten Semarang