RADARSEMARANG.COM, DENGAN diterapkannya K13, Mapel PPKn diajarkan dengan pendekatan tematik. Ruang lingkup materi atau kompetensi yang harus dicapai di sekolah dasar diantaranya menganalisis penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif, kreatif, serta menyenangkan.
Hasil pengamatan tes formatif menunjukkan prestasi belajar siswa dengan kompetensi dasar menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari pada siswa kelas VI SD N 3 Sojomerto belum mencapai ketuntasan. Dari 34 siswa hanya 12 siswa atau 35 persen yang mencapai ketuntasan belajar. Menyadari rendahnya prestasi hasil belajar siswa terhadap materi tersebut, guru merancang perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran bermain peran. Diharapkan mampu meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Apa itu model pembelajaran bermain peran (role playing)?
Menurut Hamalik (2003:48), bermain peran adalah penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Strategi ini bermanfaat untuk mempelajari masalah sosial dan memupuk komunikasi antar insan di kelas. Pada awal latihan, guru memberikan penjelasan tentang peran-peran yang akan ditampilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh latihan itu.
Melalui bermain peran, siswa mencoba mengekspresikan hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga dapat mengeksplorasi perasan, sikap, nilai dan berbagai stategi pemecahan masalah. Penggunaan model pembelajaran bermain peran (role playing) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah memacu siswa untuk berpikir kritis, aktif, kreatif, dan bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran. Sedangkan kelemahannya membutuhkan waktu lebih lama.
Langkah pembelajaran yang dilakukan guru untuk memperbaiki pembelajaran tentang penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan model bermain peran (role playing) adalah, pertama, guru menyusun skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan. Skenario ini disiapkan 3-4 hari sebelumnya. Kedua, guru menunjuk beberapa siswa yang mampu untuk mempelajari skenario yang telah disiapkan. Ketiga, guru membagi siswa dalam kelompok beranggota 4-5 siswa, yang diketuai oleh siswa yang ditunjuk guru.
Keempat, guru menjelaskan tentang kompetensi yang hendak dicapai. Kelima, siswa berdiskusi tentang pengamalan nilai-nlai pancasila yang akan diperankan. Keenam, tiap kelompok memerankan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai sila yang ditugakan. 1) Setiap kelompok memperhatikan peran yang diperagakan kelompok lain. 2) Setelah selesai, semua siswa menuliskan apa yang sudah diperagakan. 3) Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulan. 4) Guru memandu diskusi kelas saat kelompok menyampaikan hasil kesimpulan agar kelompok lain menanggapi hasil kesimpulan yang dipaparkan. 5) Setelah selesai, guru memberikan kesimpulan secara umum. Dan 6) evaluasi dan penutup.
Hasil tes formatif yang dilakukan guru setelah melakukan pembelajaran dengan model bermain peran (role playing) mengalami kenaikan yang signifikan. Dari ketuntasan yang hanya 35 persen naik menjadi 67 persen dan naik lagi menjadi 94% pada perbaikan yang kedua. Pembelajaran yang menarik dan melibatkan semua siswa membuat siswa antusias dan aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil tersebut terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajara bermain peran (role playing) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada Mapel PPKn tentang penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari pada siswa kelas VI SDN 3 Sojomerto. (kd/ida)
Guru SDN 3 Sojomerto