33 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Lewat Seni Rupa, Literasi Kaum Milenial Meningkat

Oleh : Bayu Madyantoro, S.H., S.Sn

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Salah satu yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia belum tinggi adalah rendahnya minat baca di kalangan pelajar yang kebanyakan usia remaja (kaum milenial).

Menurut Liliawati (Sandjaja, 2005) minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Jadi minat baca adalah suatu keinginan yang timbul pada diri siswa untuk membaca buku dengan berbagai bentuk dan formatnya.

Education Development Center menyatakan literasi lebih dari sekadar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Seni rupa berfungsi sebagai ilustrasi, media memperjelas sebuah teks atau artikel dan memberi ruang visual untuk membayangkan tentang arti dari barisan tulisan itu. Membuat suatu ungkapan tulisan menjadi suatu karya seni yang estetis lebih dari sekadar kalimat saja. Sehingga lebih menarik untuk dibaca, dinikmati bahkan diberi apresiasi.

Sebagian orang mulai beralih dari pemahaman literer, ke bahasa gambar. Merasa lebih jelas dan antusias ketika membaca tulisan dan cerita disertai banyak gambar, seperti halnya novel bergaya web toon. Cerita bergambar yang digandrungi kaum milenial.

Karya visual atau seni rupa tampaknya lebih disukai oleh para penikmat seni digital yang bisa menampilkan gambar-gambar dengan warna-warni menarik upaya menyiasati manusia yang tergantung pada gawai.

Untuk memacu minat baca di SMPN 15 Surakarta, penulis melakukan terobosan literasi yang menggabungkan seni visual atau seni rupa dengan seni menulis, membuat karangan, membuat tulisan menarik. Mengolaborasikan isi karangan atau tulisan dengan sentuhan seni rupa.

Bacaan dan buku yang diberi sentuhan karya seni rupa/gambar untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku/tulisan dan bacaan sebagai sumber literasi.

Karya seni rupa yang dikolaborasikan dengan bacaan buku memiliki manfaat. Pertama, membantu masukan pemahaman bahasa kepada anak-anak. Kedua, memberikan masukan visual bahasa gambar bagi anak-anak, sehingga ketika membaca akan langsung terbayangkan bagaimana kejadian sebenarnya di lapangan. Sekaligus membantu anak mengembangkan imajinasi. Juga menstimulasi kemampuan visual dan verbal anak-anak sehingga menambah minat literasi pada kaum milenial.

Peran seni rupa untuk meningkatkan minat literasi bisa dengan membuat mural di dinding dengan kata kata bijak yang sedang populer. Atau penggalan bait puisi yang dikemas dengan nuansa artistik. Dibuat dengan kaidah-kaidah pembuatan desain huruf/typografi yang unik estetik bahkan kaligrafi yang menambah menarik minat milenial pembaca.

Karya sastra visual seperti yang dilakukan oleh Pidi Baiq, dan sejumlah seniman lain yang sering menggambungkan gaya literasi dan bahasa rupa. Contoh pelukis dan seniman yang sering mengolaborasikan tulisan dan lukisan adalah S Sudjojono.

Ia kadang menyelipkan ide atau semacam kritik dengan pendekatan sastra atau literasi namun dilukiskan pada sebuah kanvas. Jadilah lukisan yang muncul ada petikan paragraf dan kalimat namun menyatu menjadi unsur – unsur visual yang berkolaborasi dan membentuk sebuah karya seni lukis.

Karya sastra sebagai media penambah wawasan dan pengetahuan yang dikemas dalam bentuk karya seni gambar, bisa disebut juga kaligrafi, ternyata membuat minat baca kaum milenial meningkat tajam. Dicari bahkan berubah menjadi kesukaan untuk swafoto sebagai kebanggaan. Peran seni rupa meningkatkan minat literasi para milenial sungguh nyata. (ump2/lis)

Guru Seni Budaya SMP Negeri 15 Surakarta


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya