RADARSEMARANG.COM, Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu muatan pelajaran yang diajarkan di sekolah. PAI dibangun oleh dua makna esensial, yakni pendidikan dan agama Islam. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya, menurut Darajat (1992), pendidikan dalam perjalannya telah diwarnai oleh agama dalam peran dan prosesnya. Agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan, termasuk sebagai alat pengembangan dan pengendalian diri yang penting. Agama islam adalah salah satu agama yang diakui negara, maka tentunya PAI mewarnai proses pendidikan di Indonesia.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah motivasi dari dalam diri siswa. Motivasi dan belajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam kegiatan belajar diperlukan motivasi yang mendukung proses belajar siswa. Belajar yang dilandasi oleh motivasi yang kuat tentunya akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Belajar dengan motivasi yang kuat dapat membawa perubahan perilaku. yang secara relatif permanen sebagai hasil usaha belajar.
Realita yang terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri Pagumenganmas, yakni kurangnya motivasi belajar siswa pada muatan pelajaran PAI. Sebagian besar siswa tidak antusias ketika mengkuti pembelajaran PAI. Mereka merasa cepat bosan ketika mengikuti pembelajaran. Rasa jenuh pun lebih cepat muncul ketika pembelajaran. Ketika guru melakukan tanya jawab terkait materi pembelajaran, siswa cenderung pasif. Bahkan, ada beberapa siswa yang nilai ulangan hariannya di bawah KKM.
Seorang guru yang mampu mendesain pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna, tentunya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, dapat menghilangkan anggapan bahwa belajar adalah sesuatu proses yang kaku dan membuat jenuh dan bosan. Selain itu, tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Pembelajaran PAI akan lebih menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa, jika melibatkan lingkungan sekitar dan dunia nyata sebagai laboratorium belajar dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.
Hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran dengan aktivitas kontekstual pada mata pelajaran PAI dapat dilakukan dengan cara mengangkat topik-topik, isu-isu, dan problem sosial keagamaan dan kemasyarakatan yang konkret dan relevan dengan kehidupan siswa. Topik-topik tersebut dapat dijadikan bahan diskusi siswa ketika pembelajaran PAI.
Di sisi lain, melalui pembelajaran PAI dengan aktivitas kontekstual dapat mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui aktivitas kontekstual, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, bukan hanya sebagai pendengar saja.
Melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan sekedar transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep. Akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi peserta didik untuk mencari kemampuan agar bisa hidup (life skill) dari ilmu yang sudah dipelajarinya. Pembelajaran pun akan lebih bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat.
Setelah penulis melaksanakan pembelajaran PAI dengan aktivitas konstektual di kelas IV SD Negeri Pagumenganmas, akhirnya motivasi belajar siswa pun meningkat. Siswa merasa senang ketika mengikuti pembelajaran PAI. Siswa menjawab dengan penuh antusias ketika guru memberikan pertanyaan tentang materi yang sudah diajarkan. (kj1/aro)
Guru PAI SD Negeri Pagumenganmas, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan