26.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Gerakan Sari Sate Alternatif Bangun Generasi Cerdas dengan Membaca

Oleh : Kucisti Ike Retnaningtyas Suryo Putro S.Pd M.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, FENOMENA literasi anak bangsa saat ini belum menunjukkan geliat yang menggembirakan. Laju teknologi yang tak terbendung dan era revolusi industri berdampak pada kecenderungan anak menjadi pecandu game online dan menjadi budak gadget. Hal ini tidak mengarah pada peningkatan minat baca anak, justru semakin memperburuknya. Menjadi keniscayaan, program membaca di luar jam belajar pun menjadi kebijakan yang dianggap solutif.

Data PISA (Programme International for Student Assesmet) tahun 2013 menunjukkan literasi peserta didik Indonesia menduduki posisi kunci yakni urutan 64 dari 65 negara untuk usia 15 tahun. Berdasarkan pengalaman empris penulis dalam mengembanggakan strategi menyiasati cara meningkatkan motivasi dan meningkatkan literasi baca-tulis peserta didik di sekolah melalui gerakan SARI SATE (Satu Hari Satu Tema).

Kegiatan tersebut secara operasional berkaitan dengan peningkatan literasi membaca dan menulis melalui suatu manajemen pembelajaran yang memiliki prinsip berkelanjutan, terpadu, konsistensi, implementatif, dan menyenangkan. Pragram ini mengharuskan peserta didik melakukan kegiatan baca secara terus menerus sambil melakukan resensi buku yang dilakukan secara ko-kurikuler sehingga memungkinkan meningkatkan literasi membaca dan menulis.

Hal ini sangat strategis karena upaya mengembangkan kemampuan literasi membaca menulis peserta didik tidak cukup hanya mengimbau dan kegiatan seremonial, akan tetapi harus dikondisikan untuk akrab dengan bacaan dan menulis sehingga mencul kebiasaan, kecintaan dan lahirlah literasi membaca dan menulis. Kegiatan ini dirancang sedemikian rupa sehingga berjalan secara terus menerus tanpa menimbulkan kejenuhan dan rasa terpaksa bagi peserta didik. Oleh karena itu, perlu dikelolah semenarik mungkin dengan penuh kesungguhan oleh setiap guru di kelas.

Hal ini dilakukan sesuai tingkatan sekolah dan kelas dengan berbagai kesederhanaan. Dikatakan satu hari satu tema karena merupakan gerakan terjadwal berupa membaca dan membuat resensi dengan target yang ditentukan yakni sehari membaca satu tema buku bacaan bebas non pelajaran. Hal ini menjadi tradisi yang dikembangkan sebagaimana pengelolaan pembelajaran. Dengan program ini diharapkan dapat mengaktifkan peserta didik melakukan kegiatan membaca kapan dan di mana saja sehingga dapat menjadi suatu kondisi yang mentradisi dalam diri peserta didik pada masa yang akan datang.

Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah peserta didik meminjam buku di perpustakaan sekolah berupa buku fiksi maupun buku nonfiksi. Jumlah buku sebaiknya sesuai dengan jumlah peserta didik. Dapat dilakukan dengan cara menugasi peserta didik membeli satu buah buku yang menarik dan bermanfaat. Setelah peserta didik mendapatkan buku yang telah ditentukan, ditugasi untuk membaca di luar jam pelajaran baik di rumah, di sekolah, atau di mana saja. Dalam pemberian tugas bacaan ini, peserta didik dirangsang sedemikian rupa sehingga tidak merasa terbebani dalam membaca.

Orang tua juga dilibatkan. Dengan adanya buku pantauan literasi yang sudah dipersiapkan, kegiatan membaca peserta didik dilakukan di luar jam pelajaran. Pada waktu peserta didik membaca, diwajibkan mengisi buku pantauan literasi yang telah disediakan. Buku pantauan literasi tersebut berisi hal-hal yang penting diketahui dalam kegiatan membaca. Judul, pengarang, tebal, waktu baca, hal-hal menarik atau inti isi buku. Pada waktu peserta didik membaca buku selama waktu yang ditentukan, guru tetap harus melakukan kontrol terhadap kegiatan tersebut. Kontrol yang dimaksud adalah upaya mengingatkan, menanyakan, atau memotivasi kegiatan baca peserta didik. Akhirnya, literasi baca-tulis peserta didik menjadi budaya yang tumbuh meskipun dalam jangka waktu tidak singkat. (imp2/ida)

Kepala SMP Negeri 13 Surakarta


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya