RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun merubah banyak tatanan di masyarakat. Dari kebijakan belajar tatap muka terbatas sampai kebijakan belajar dalam jaringan. Hal ini membuat frekuensi pertemuan guru dan siswa menjadi semakin kecil.
Pandemi memakan banyak korban. Baik korban meninggal maupun korban efek samping virus tersebut. Dari perilaku anak, di era digitalisasi dengan keterbatasan pertemuan di sekolah sangat berdampak pada anak. Mulai memudarnya sopan santun, kosa kata bahasa yang sangat negatif dan berbagai perilaku kurang baik dari Handphone.
Sebagai Kepala Sekolah yang baru dilantik, penulis memasuki tempat kerja baru dengan melihat realita baru ini. Muncul seribu ide yang melintas. Menggunakan metode apa yang pas untuk membangun kebiasaan baik yang mulai hilang. Beberapa kali rapat dengan guru, akhirnya membuat program kerja yang langsung menyentuh siswa. Pada akhirnya mengambil langkah membuat perubahan pada diri sendiri dalam bentuk konsistensi.
Konsistensi yang penulis terapkan ada dua macam. Yaitu konsisten menyapa anak, dan memberi contoh anak. Konsisten menyapa anak. Mengutip Business Insider, seorang guru dan peneliti psikologi sosial di Tufts University di Medford Massachusetts Amerika Serikat, Sam Sommers, menjelaskan menurut penelitian, hal-hal kecil dapat membuat perbedaan besar dalam interaksi sosial. Menyapa atau mengucapkan salam kepada seseorang meski terasa canggung bagi sebagian orang. Tetapi sebenarnya sapaan tersebut membuat seseorang merasa lebih dihargai.
Terlebih menyapa atau mengucapkan salam adalah tata krama mendasar yang harus dikuasai dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian tersebut, jelas sapaan kepada siswa akan membuat siswa merasa dihargai. Siswa senang dan merasa dekat dengan kita.
Menyapa tidak sekedar ucapan salam atau halo. Menyapa yang dimaksud adalah obrolan kecil. Setiap bertemu siswa, kepala sekolah berusaha menyapa siswa dengan obrolan-obrolan kecil. Dari obrolan kecil tersebut kepala sekolah bisa langsung memberikan bimbingan apabila ada anak yang menjawab tidak sesuai tata krama atau bertingkah tidak sopan.
Konsisten memberi contoh. Sebuah contoh adalah suatu demonstrasi dengan tujuan memberitahu seseorang tentang bagaimana sebuah tugas atau pekerjaan dilakukan dengan benar. Jadi sudah jelas tujuan kita memberi contoh adalah agar orang lain bisa melakukan tugasnya dengan benar. Disini tugas yang dimaksud adalah kebiasaan dalam keseharian. Sebagai kepala sekolah bukan berarti tidak bisa memberi contoh kepada siswa. Kita tetap bisa membangun kebiasaan baik pada siswa. Dalam memberi contoh kita harus konsisten setiap hari. Sehingga siswa lama-kelamaan akan tertarik meniru kebiasaan baik kita.
Konsistensi kepala sekolah ini terbukti ampuh merubah karakter anak menjadi lebih baik. Tanpa harus mengadakan bimbingan khusus. Dengan menyapa kita bisa mengarahkan anak dalam penggunaan bahasa sopan, mengarahkan dalam bertindak sopan, dan bisa menegur anak dengan bahasa halus. Konsistensi memberi contoh membuat siswa melakukan tugas pembiasaaan dari guru tanpa harus dimarahi atau diberi sanksi. Pembiasaan berjalan seiring mengikuti kebiasaan kepala sekolah.
Konsistensi kepala sekolah sudah terbukti di SD Negeri 2 Karangtalun ketika penulis mentok dengan bolak balik ganti ide karena tidak berhasil. Justru dengan mengambil langkah konsistensi perubahan pada anak menjadi lebih terlihat. Keberhasilannya lebih besar. Sekarang perilaku atau karakter anak sudah lebih baik. Pembiasaan di SD Negeri 2 Karangtalun juga sudah berjalan tanpa harus dikomando dari wali kelas ataupun guru. Siswa paten dalam karakter dan pembiasaan. Karangtalun Luar Biasa. (pb1/fth)
Kepala Sekolah SDN 2 Karangtalun