RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan muatan pelajaran yang dianggap membosankan, tidak asyik. Pendapat itu tidak sepenuhnya salah. Sebab muatan pelajaran IPS banyak materi hafalan, misal waktu, peristiwa, dan tokoh pada zaman lampau. Bagi siswa dengan kemampuan atau daya ingat kurang baik, tentu hal ini merupakan suatu hambatan.
Guru bertanggung jawab penuh untuk mendesain pembelajaran agar IPS menjadi muatan pelajaran yang asyik dan menggugah minat siswa. Banyak alternative metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam menyajikan materi.
Pada kompetensi dasar Mengenal Negara-Negara ASEAN, guru SDN 16 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share). Model pembelajaran think pair share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan setiap siswa menunjukkan partisipasi kepada orang lain.
Model pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie: 2004). Model think pair share merupakan suatu tipe pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat bekerja secara individu, maupun berkelompok dengan siswa lainnya.
Menurut Ibrahim (2000:40) ada tiga tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Yaitu: 1) Berpikir (Thinking). Guru mengajukan pertanyaan berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2) berpasangan (Pairing). Siswa diminta berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan.
Pada tahap ini setiap anggota kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar. 3) Berbagi (Sharing). Siswa dengan pasangannya diminta berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Secara sederhana, langkah-langkah dalam model pembelajaran think pair share adalah: 1) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai, 2) siswa diminta berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru, 3) siswa diminta berpasangan dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4) guru memimpin diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, 5) guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi, 6) guru memberi kesimpulan, dan terakhir 7) penutup.
Ada kelebihan model think pair share. 1) memberi waktu lebih banyak siswa untuk berpikir, menjawab dan saling membantu, 2) kelompok lebih mudah dan cepat dibentuk, 3) siswa lebih aktif dalam pembelajaran, 4) siswa memperoleh kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa, 5) memungkinkan siswa merumuskan dan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan.
Meski begitu, metode TPS juga memiliki beberapa kelemahan. Tetapi jika guru mampu memaksimalkan kelebihan, model TPS ini dapat diterapkan secara maksimal. Sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar dengan baik. (pb1/fth)
Guru SDN 16 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang