RADARSEMARANG.COM, DALAM sebuah pembelajaran pemilihan Strategi dan metode pembelajaran adalah langkah yang harus diperhatikan, apalagi dalam mengajarkan mata pelajaran matematika khususnya bangun ruang. Menurut David (Wina Sanjaya, 2006:126) Startegi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan metode pembelajaran merupakan langkah penting yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Untuk itu dalam pemilihan metode haruslah 3 kreatif dalam penyesuaiannya dengan tujuan pembelajaran (Sumiati dan Asra, 2007:11).
Ketika dihadapakan pada soal-soal matematika khususnya bangun ruang, seringkali siswa hanya dihadapkan pada gambar dan benda-benda abstrak dari sebuah bangun ruang. Siswa sulit untuk memahami tentang sifat-sifat bangun ruang, karena hanya melihat gambar dan narasi tentang sebuah bangun ruang. Hal tersebut juga ditemukan di SDN Ngesrep 03 kelas 5 Kecamatan Banyumanik, Semarang.
Di sini siswa hanya berangan-angan atau membayangkan sifat-sifat bangun datar yang disampaikan oleh guru yang hanya berupa contoh-contoh benda abstrak dan gambar bentuk bangun ruang saja. Terbukti dengan rata-rata nilai matematika yang masih rendah dan sebagian besar (60 %) nilai siswa masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65.
Bila ditilik lebih lanjut, strategi yang diterapkan oleh gurupun dirasa kurang tepat sehingga materi yang akan diberikan tidak dapat tersampaikan dengan baik. Mata pelajaran Matematika umumnya dipandang sulit bagi siswa karena susah dimengerti, penuh dengan simbol dan pendekatan pembelajaran matematika yang kurang menarik.
Hal ini mengakibatkan siswa cepat bosan dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa tidak maksimal. Melihat kondisi seperti itu, penulis berusaha mencari metode pembelajaran baru untuk merubah ide-ide abstrak menjadi hal yang konkret. Sehingga siswa menjadi lebih mudah memahami tentang sifat-sifat bangun datar.
Langkah yang dilakukan oleh penulis untuk memudahkan siswa dapat memahami dan mengerti sifat-sifat bangun datar adalah membawa benda-benda konkret ketika melaksanakan pembelajaran bangun ruang. Benda konkret tersebut seperti kotak kapur, bola, kaleng bekas, caping dan lain-lain. Penulis juga membawa model-model dari bangun ruang yang lain, misalnya tiruan bangun kubus, balok, prisma, kerucut, dan tabung.
Peserta didik dibagi dalam kelompok, kemudian masing-masing kelompok mengamati bentuk dari bangun ruang tersebut, Masing-masing kelompok kemudian diminta untuk menghitung jumlah rusuk, sisi, titik sudut, dan diagonal ruangnya dan dilanjutkan mempresentasikan hasil pengamatan terhadap bangun ruang yang didapatkan oleh setiap kelompok secara bergantian.
Ternyata dengan menggunakan benda konkret pemahaman siswa terhadap sifat-sifat bangun ruang lebih mudah. Mereka cenderung lebih cepat mengingat sifat-sifat bangun ruang dengan cepat. Hal itu dibuktikan dengan penulis melakukan tes lisan tentang sifat-sifat bangun ruang. Siswapun lebih bersemangat mengikuti pembelajaran dan pembelajaran tampak lebih hidup.
Kesimpulan yang dapat penulis simpulkan, bahwa setelah melaksanakan pembelajaran dengan metode menggunakan benda konkret hasil belajar yang siswa peroleh menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Ngesrep 03 Kecamatan Banyumanik Semarang. Dimana yang semula rata-rata nilai matematika dibawah KKM adalah 60 %, sekarang menjadi 25 %.
Selain nilai dan pemahaman pempelajaran matematika tentang bangun datar meningkat, pserta didikpun diliputi rasa gembira Ketika belajar matematika terutama pada materi sifat-sifat bangun datar. (ump1/zal)
Guru SDN Ngesrep 03, Semarang