RADARSEMARANG.COM, MATEMATIKA, satu mata pelajaran yang paling banyak dihindari oleh banyak peserta didik di sekolah. Beragam alasan yang mendasarinya. Dari banyaknya angka yang dihitung, gambar, hingga rumus-rumus yang harus diingat, bahkan dihafal. Untuk satu soal hitungan pun peserta didik membutuhkan waktu sekian detik, menit, bahkan jam, dalam penyelesaiannya.
Banyaknya materi dalam mata pelajaran Matematika, di antaranya bilangan pecahan, satuan berat, satuan panjang, satuan jarak, bangun datar, bangun ruang, hingga pengolahan data, membuat peserta didik mengalami penurunan semangat dalam belajar, yang akhirnya berimbas pada hasil belajar.
Tidak hanya pada materinya, minat peserta didik yang kurang, juga pembawaan guru dalam mengajar Matematika sangat berpengaruh pada semangat belajar serta hasil belajar peserta didik. Materi yang banyak dan cara mengajar guru di kelas yang monoton dan konvensional perlu adanya inovasi agar belajar siswa lebih bermakna dan tujuan pembelajaran tercapai.
Pada kelas VI semester dua mata pelajaran Matematika materi Bangun Ruang yang harus dipelajari peserta didik cukup banyak. Dari mengenal nama dan bentuk bangun ruang, jaring-jaring bangun ruang, sifat-sifat bangun ruang, luas permukaan dan volume bangun ruang serta materi pengembangannya dan penyelesaian soal yang berkaitan dengan bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari. Dikarenakan banyaknya materi yang harus dipelajari ini dan melihat antusiasme peserta didik dalam belajarnya, penulis sebagai guru kelas enam pada SD Negeri 01 Kabunan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, memilih cara belajar yang sedikit berbeda. Yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match.
Menurut penuturan Suyatno (2009:72), model pembelajaran make a match adalah model di mana guru akan mempersiapkan kartu yang berisi soal dan jawaban berupa gambar atau kartu mengenai suatu konsep, yang nantinya akan dipasangkan peserta didik. Gambar atau kartu nantinya akan diacak oleh guru yang selanjutnya dicari pasangannya oleh peserta didik. Sehingga peserta didik dalam pembelajaran ini bisa melakukan analisis, membaca, bergaul, mendengar dan bertanya kepada siswa lain untuk menuntaskan tugas mencocokan gambar/kartu.
Pelaksanaan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran Matematika materi bangun ruang terdiri dari beberapa langkah. Pertama, guru memberikan dan menjelaskan materi terlebih dahulu secara klasikal. Kedua, guru dan peserta didik membuat kesepakatan waktu untuk belajar materi yang ditentukan, pemberian point, dan sanksi. Ketiga, guru membuat kartu soal dan kartu jawaban yang akan dipasangkan. Keempat, guru mengacak kartu soal dan kartu jawaban. Kelima, masing-masing peserta didik mengambil kartu dan memasangkan pada soal dan jawabannya. Saat peserta didik berhasil memasangkan katu soal dan kartu jawaban dengan benar maka diberikan skor atau nilai.
Jika peserta didik salah dalam memasangkan kartu soal dan kartu jawaban dalam waktu yang ditentukan, maka peserta didik diberi sanksi sesuai kesepakatan bersama. Kegiatan ini dilakukan berulang dengan mengacak kartu soal dan kartu jawaban. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat lebih mendalami ataupun menghayati materi yang sedang dipelajari. Dan terakhir, keenam, guru bersama peserta didik membuat kesimpulan atas materi yang dipelajari melalui model pembelajaran yang sudah dilakukan.
Sejauh pengamatan penulis sebagai guru dalam penggunaan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang, peserta didik terlihat lebih antusias dalam belajar. Meski kelas akan terdengar gaduh karena masing-masing peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok.
Mereka berkompetisi dalam keadaan riang dan berlatih bertanggung jawab serta sangat komunikatif. Peserta didik tidak jenuh karena penyajian materi yang monoton dan kegiatan belajar mengajar lebih hidup dan bermakna sehingga hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik serta tujuan kurikulum pun dapat tercapai. (nov2/ida)
Guru SD Negeri 01 Kabunan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang