29 C
Semarang
Tuesday, 14 January 2025

Kebijakan Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Daring

Oleh: Abdul Wakhid, S.Pd.SD.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PANDEMI Covid-19 memberikan tantangan yang baru bagi dunia, baik dalam bidang kesehatan, ekonomi maupun pendidikan. Di beberapa daerah proses pembelajaran mempertimbangkan situasi di daerah masing-masing, dan kebijakan pemerintah setempat. Saat ini pun kendati pembelajaran tatap muka (PTM) sudah dibuka, namun seiring dengan kembali meningkatnya penyebaran Covid-19 varian Omicron, sejumlah sekolah melakukan pembatasan, bahkan ada yang kembali murni daring.

Dalam kondisi demikian, Kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana yang kondusif dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, disebutkan bahwa “kepala sekolah mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif.”

Sebagai pemimpin, kepala sekolah juga harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan yang baik, pengaturan suasana yang kondusif dan komunikatif, disiplin yang sinergis sesama komponen warga sekolah.

Sebagai kepala sekolah SD Negeri 5 Krajankulon, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, tentu kondisi pandemi sekarang ini merupakan tantangan tersendiri, terutama dalam pembelajaran daring. Dalam prakteknya, saya meminta kepada para guru bahwa saat pembelajaran daring memberikan penugasan kepada para peserta didik melalui grup whatsapp, baik melalui grup orang tua siswa maupun grup kelas masing-masing.

Materi pembelajaran dipelajari secara mandiri kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan tugas harian. Hanya saja pada pelaksanaan pembelajaran secara daring masih belum berjalan optimal. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal menjadi masalah dalam pelaksanaannya, antara lain karena faktor dari guru yang belum mahir dalam teknologi, masalah fasilitas atau piranti pembelajaran daring yang dimiliki peserta didik, dan peserta didik yang sulit memahami proses pembelajaran.

Kebijakan yang saya ambil saat menjalankan proses daring adalah tetap berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. Saya memberikan arahan dan motivasi kepada guru untuk dapat menjalankan proses pembelajaran secara daring selama masa pandemi. Antara lain; dalam proses pembelajaran secara daring akan diinformasikan melalui grup whatsapp pada masing-masing kelas yang diampu setiap guru, bagi guru yang menguasai IT bisa memberi penjelasan materi yang berupa video dan powerpoint, kemudian peserta didik masuk tiga kali dalam satu minggu, akan tetapi masuknya digilir setiap kelasnya dan dibatasi waktunya, ketika ke sekolah peserta didik mengambil tugas sekaligus mengumpulkan tugas yang sebelumnya telah dia kerjakan, guru datang kerumah peserta didik yang tidak memiliki handphone yang berbasis android dan sulit untuk dihubungi.

Tentu saja karena merupakan sesuatu yang bersifat baru, pembelajaran daring menghadapi sejumlah kendala. Kendala dari peserta didik, orang tua sendiri mengalami kesulitan pada penambahan biaya kuota yang melonjak, karena pada pembelajaran secara daring memerlukan koneksi jaringan ke internet dan kuota. Orang tua akan tambah terbebani untuk mengeluarkan biaya yang lebih, terlebih lagi penghasilan orang tua pada setiap peserta didik berbeda-beda.

Segala kendala itu diinventarisasi pada setiap rapat dengan para guru. Kemudian secara bersama-sama dicarikan jalan keluarnya. Memang bukan hal yang mudah, karena suatu kendala tidak bisa dilakukan generalisasi antara satu siswa dengan siswa lainnya. Dibutuhkan kearifan dalam menyelesaikan kasus per kasus, sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (kd/zal)

Kepala SD Negeri 5 Krajankulon, Kendal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya