26.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Belajar Bangun Ruang Asyik dengan Flipped Classroom

Oleh: Mahmudi, S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah (Slameto, 2010). Hal ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.

Guru sebagai seorang pendidik yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran bertugas menciptakan kondisi belajar yang dapat membuat siswa belajar dengan optimal agar siswa termotivasi aktif dalam belajar, maka akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar. Tetapi kenyataannya sebagian besar guru masih memposisikan diri sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) menjadikan siswa pasif karena guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa takut mengemukakan pendapat, malu bertanya.

Kondisi ini juga terjadi pada kelas 6 semester 2 SD Negeri 1 Pucakwangi, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Kendal. Untuk menjawab permasalahan tersebut guru perlu menerapkan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

Menurut Zaenal (2013:7) Strategi pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung.

Menurut Walsh (2016:348) “Flipped classroom adalah bentuk strategi pembelajaran campuran di mana siswa belajar materi baru di rumah dan yang dulunya pekerjaan rumah sekarang dilakukan di kelas dengan bimbingan guru dan interaksi dengan siswa, bukannya mengajar. Hasil kerja siswa dalam di diskusikan dan di presentasikan”. Senada dengan itu, menurut Basal (2015:34) langkah-langkah strategi pembelajaran flipped classroom antara lain: (1) Guru merencanakan secara rinci apa yang akan dipelajari siswa di rumah.; (2) Memilih pelbagai kegiatan yang sesuai dan memenuhi kebutuhan semua siswa.; (3) Menentukan cara mengintegrasikan tugas dan aktivitas itu terjadi di rumah dan di kelas.; (4) Mempresentasikan semua kegiatan secara terorganisir. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut guru memutuskan melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran flipped classroom. Pada pembelajaran tatap muka pertama guru dan siswa sepakat memanfaatkan aplikasi media sosial whatsapp sebagai media komunikasi belajar.

Guru membuat grup WhatsApp siswa kelas VI lalu membagikan video pembelajaran yang berisi materi tatap muka berikutnya yakni tentang bangun ruang balok. Video ini sebagai bahan belajar mandiri siswa di rumah. Guru melakukan bimbingan dan kesempatan konsultasi tanya jawab dengan siswa melalui komunikasi jaringan internet secara terjadwal.

Kegiatan ini sebagai kontrol untuk memastikan seluruh siswa secara merata telah mempelajari materi sebelum masuk kelas di hari berikutnya. Pada pembelajaran di kelas, diberikan kuis di awal pembelajaran untuk mengukur pemahaman awal siswa saat belajar bangun ruang balok di rumah. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas soal latihan dengan batas waktu tertentu. Lalu dipresentasikan dan didiskusikan antarkelompok.

Di akhir pembelajaran setelah memberikan penguatan dan kesimpulan, guru membagikan materi ajar hari berikutnya untuk bahan belajar dirumah. Faktanya sebagian besar siswa mampu mengerjakan tugas dengan benar meskipun tanpa didahului ceramah penjelasan materi di kelas.

Penerapan strategi flipped classroom pada kegiatan pembelajaran siswa kelas 6 SD Negeri 1 Pucakwangi terbukti dapat meningkatkan motivasi dan tanggung jawab siswa. Hal tersebut mendorong hasil belajar siswa meningkat. Terbukti dengan data nilai rata-rata evaluasi siswa dari 75,60 meningkat ke angka 80,25. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran flipped classroom dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengidentifikasi luas permukaan dan volume bangun ruang. (kd/aro)

Guru SD Negeri 1 Pucakwangi, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya