RADARSEMARANG.COM, Bahasa Jawa merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang hidup dan gunakan masyarakat Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah sehingga perlu dilestarikan supaya tidak hilang keberadaannya. Menyikapi kurang diperhatikannya bahasa Jawa, maka upaya paling efektif dalam pelestariannya hanya melalui jalur pendidikan, yaitu pembelajaran bahasa dan sastra Jawa.
Dijelaskan bahwa kajian bahasa mencakup 3 yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah sebagai bahasa ibu, bahasa asing sebagai bahasa internasional dalam pergaulan global.
Mulyana (2008: 234) menjelaskan, “Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari antara seseorang dengan orang lain oleh masyarakat Jawa.” Senada dengan Kartini (2006: 121), “Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, yang apabila dilihat dari jumlah pemakainya terbesar dibanding bahasa daerah yang lain.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa bahasa Jawa merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam rangka pelestarian budaya Jawa.
Budaya Jawa tidak hanya terkait dengan percakapan sehari-hari, tetapi juga kelayakan kompetensi yang perlu diajarkan kepada peserta didik. Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar meliputi membaca, menyimak, berbicara, menulis. Membaca diarahkan pada kemampuan memahami isi bacaan, makna suatu bacaan ditentukan oleh situasi dan konteks dalam bacaan.
Kegiatan menyimak pada hakikatnya sama dengan kegiatan membaca hanya saja pada menyimak merupakan pemahaman teks lisan. Kegiatan menulis diarahkan untuk mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara tertulis. Kegiatan berbicara diarahkan pada kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dengan menggunakan bahasa jawa. Program pengajaran bahasa Jawa, lingkup mata pelajaran bahasa Jawa meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami mengapresiasi sastra dan kemampuan menggunakan bahasa jawa.
Bahasa Jawa mempunyai tiga ragam bahasa yaitu ngoko, madya, dan krama.
Model pembelajaran dalam bentuk ceramah yang berlaku di SD Negeri Sonorejo dianggap membosankan siswa dan kurang menarik untuk mengatasi kesulitan menulis dan membaca aksara Jawa. Maka guru menggunakan metode olah aksara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan membaca aksara Jawa. Metode menyenangkan dengan olah aksara secara mendasar, terwujud dalam tiga strategi secara berurutan, yaitu kartu aksara, sanding aksara, dan aksara ubahan.
Bahan yang diperlukan ialah kartu kertas padalarang ukuran sedang, misalnya 10 cm x 10 cm. Satu kartu berisi satu aksara. Kartu aksara berfungsi mengenalkan jenis aksara bahasa Jawa. Strategi kedua, sanding aksara, diwujudkan dengan menyandingkan aksara Latin dan Jawa dari sekelompok kata sederhana dengan ciri bersuku terbuka dan merupakan pasangan minimal.
Penyandingan dilakukan secara lurus dari atas ke bawah. Penyandingan dimaksudkan untuk lebih mengenalkan kekontrasan bentuk aksara Latin dan Jawa.
Strategi terakhir, yaitu aksara ubahan. Strategi aksara ubahan dilakukan untuk mengenalkan adanya perubahan bentuk aksara Jawa yang disebabkan oleh kekhasan distribusi; hadirnya fonem asing (aksara rekan), misal /f atau q/; dan danya huruf kapital (aksara murda).
Setelah dilakukan pembelajaran dengan olah aksara terjadi peningkatan hasil belajar siswa SD Negeri Sonorejo pada kemampuan menulis dan membaca aksara jawa di kelas VI. Penggunaan model olah aksara pada pembelajaran bahasa jawa mengalami peningkatan di setiap prosesnya. Sehingga hasil keterampilan menulis dan membaca aksara jawa siswa dapat meningkat dari kondisi awal dalam kategori kurang menjadi baik, dari kategori sulit menjadi lebih mudah. (mn1/lis)
Guru SDN Sonorejo, Kec. Candimulyo, Kabupaten Magelang