RADARSEMARANG.COM, Permainan berhitung di TK tidak sebatas kemampuan kognitif saja. Tetapi kesiapan mental sosial dan emosional. Untuk itu dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Permendikbud RI No.137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini menyebutkan salah satu Lingkup Perkembangan Sesuai Tingkat usia Anak adalah Kognitif. Meliputi berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, mampu mempresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.
Ada beberapa teori mendasari perlunya permainan berhitung di TK. Pertama tingkat perkembangan mental anak, Jean Piaget menyatakan kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam anak. Kedua masa peka berhitung bagi anak bahwa perkembangan dipengaruhi faktor kematangan. Apabila anak sudah mengalami masa peka (kematangan) berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap memberikan layanan dan bimbingan.
Ketiga perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya. Hurlock (1993) mengatakan lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar perkembangan selanjutnya, (Depdiknas, 2007).
Berhitung merupakan ilmu dasar matematika yang dianggap pembelajaran membosankan, dan anak cenderung malas mengikutinya. Sehingga membuat kemampuan berhitung anak rendah. Hal ini juga terjadi di TK Muslimat NU Tarbiyatul Athfal 09 Kaliwungu, Kendal. Fakta ini mendorong penulis menerapkan permainan kartu angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.
Kartu angka merupakan kertas bertuliskan angka 1 2 3 4 dan seterusnya. Permainan kartu angka ini mampu meningkatkan kemampuan berhitung anak.
Prinsip permainan berhitung adalah diberikan secara bertahap. Dari konkrit ke abstrak. Dari mudah ke sukar dengan bahasa sederhana. Menggunakan benda-benda di sekitar anak, pengelompokan anak sesuai tahap penguasaan, (Depdiknas, 2007).
Dalam penerapannya, pertama penulis mengenalkan kartu angka sebagai media pembelajaran kepada anak; kedua mengenalkan lambang bilangan dengan menyanyikan lagu nama-nama angka. Diikuti anak. Ketiga penulis menyebutkan angka 1-20 dengan kartu angka dan ditirukan anak; keempat penulis meminta tiga anak menghitung jumlah meja, kemudian penulis meminta kepada anak mengambil kartu angka sesuai jumlah meja. Kelima anak diminta menghitung manik-manik sesuai dengan kartu angka yang ditempel di gelas plastik; Keenam anak-anak diminta bergantian lomba mengurutkan kartu angka 1-20.
Untuk melihat perkembangan hasil akhir, anak diberikan tugas membilang benda dan menempel kartu angka sesuai jumlah benda yang dihitung, memasangkan kumpulan benda dengan angka sesuai, menuliskan angka secara urut 1-10. Penulis menerapkan metode ini dalam beberapa kali pertemuan.
Hasilnya, metode permainan kartu angka mampu meningkatkan kemampuan dan pemahaman anak tentang konsep berhitung cukup signifikan. Sehingga anak mampu mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan sesuai usianya. (kd/fth)
Guru TK Muslimat NU Tarbiyatul Athfal 09 Kaliwungu, Kendal