RADARSEMARANG.COM, PERNIKAHAN adat Jawa memiliki banyak prosesi. Mulai dari siraman, seserahan dan panggih. Dari semua prosesi tersebut, upacara panggih menjadi salah satu tahapan yang memiliki banyak tahapan dalam pernikahan adat Jawa. Mempelajari dan memahami upacara panggih bukanlah perkara yang mudah bagi peserta didik. Banyak peserta didik yang kesulitan ketika harus mendeskripsikan upacara panggih, karena tahapan-tahapannya sangat banyak dan kompleks.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa materi upacara panggih memiliki tujuan supaya peserta didik dapat memahami dan menulis teks deskripsi tentang upacara panggih. Selain itu, dengan mempelajari upacara panggih siswa dapat menghargai budaya Jawa dan bangga menjadi bangsa Indonesia yang memiliki beraneka ragam kebudayaan.
Upacara panggih memiliki tahapan-tahapan yang sangat kompleks. Seperti dikutip dari buku karangan Drs. R.M.S Gitosaprodjo (2010) mengenai upacara pernikahan adat Jawa, tahapan-tahapan upacara panggih meliputi: penyerahan sanggan, lempar sirih, menginjak telur, wijikan, kanthen asta, selimut slindur, pangkon, kacar-kucur, dhahar klimah, ngunjuk degan, mapag besan, dan sungkeman. Seluruh tahapan upacara panggih ini jika hanya dipelajari melalui teks bacaan saja tentu peserta didik akan kesulitan memahaminya.
Pada pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Menurut Anindito (2021), untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, pembelajaran perlu berpihak dan memberi kemerdekaan kepada peserta didik. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran upacara panggih adalah role play atau bermain peran. Pada pembelajaran model role play ini peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 8 peserta didik. Melalui model role play, siswa diberi kemerdekaan untuk memerankan peran sesuai keinginannya.
Guru selaku fasilitator pembelajaran, memfasilitasi dan mengarahkan peserta didik untuk mencari informasi terkait upacara panggih dari berbagai sumber. Peserta didik dapat mencari informasi dari buku, google, youtube, maupun sumber informasi lainnya. Informasi-informasi yang didapat oleh para peserta didik pasti terdapat perbedaan. Informasi-informasi yang terkumpul kemudian didiskusikan dan dianalisa oleh tiap kelompok. Dengan bimbingan guru, tiap kelompok menentukan tahapan-tahapan upacara panggih yang pakem (harus ada). Setelah mengetahui tahapan-tahapan upacara panggih, peserta didik kemudian mengidentifiksi paraga-paraga yang harus ada dalam upacara adat tersebut.
Setelah peserta didik mendapatkan gambaran tentang upacara panggih, tiap kelompok diminta untuk membuat naskah role play yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan upacara panggih. Peserta didik kemudian membagi peran untuk memainkan role play upacara panggih. Ada yang menjadi pengantin perempuan, pengantin laki-laki, orang tua pengantin, bapak-ibu besan, pranatacara, dan perias manten. Peserta didik juga mempersiapkan ubarampe untuk role play upacara panggih. Segala persiapan tiap kelompok dikonsultasikan dengan guru melalui WhatsApp grup.
Tiap kelompok memainkan role play upacara panggih dilapangan sekolah. Upacara panggih dilaksanakan dengan sederhana dan diiringi musik gamelan. Belajar dengan melakukan praktik secara langsung seperti ini membuat siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Peserta didik dapat mendeskripsikan upacara panggih lengkap dengan tahapan-tahapanya dengan bahasa sederhana.
Pembelajaran upacara panggih dengan model role play ini ternyata membuat siswa lebih aktif dan antusias. Melalui pembelajaran model role play, pembelajaran upacara panggih kelas IX SMP Negeri 12 Pekalongan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. (kj1/zal)
Guru SMPN 12 Pekalongan, Kota Pekalongan