31 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Terkoyaknya Sopan Santun di Lingkungan Pendidikan

Oleh: Nina Mutmainah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, BERBAGAI macam krisis multi dimensi yang dihadapai oleh bangsa Indonesia menyebabkan terjadinya krisis identitas, hal ini memunculkan wacana dan harapan tentang perlunya dibangkitkan kembali pembentukan watak bangsa. adalah mengoptimalkan muatan-muatan Ssopan santun (baik sifat, sikap, dan perilaku budi luhur, akhlak mulia) yang menjadi pegangan kuat dan modal dasar pengembangan bangsa nantinya.

Para teknokrat di dunia barat sudah sadar bahwa betapa pun sebuah kemajuan dicapai, dapat menjadi perusak bila tidak dibekali dengan perimbangan sopan santun yang di dalamnya menggabungkan kaidah-kaidah etika, moral dan agama. Karena itu, pendidikan yang sekarang ini dijalankan oleh bangsa Indonesia, harus dapat memberikan andil dalam pembentukan sopan santun, akan lebih mudah jika pembelajaran sopan santun itu direvitalisasi melalui pendidikan. Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi.

Berbeda dengan peran pendidikan pada negara-negara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi. Pendidikan sopan santun merupakan langkah penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri bangsa dan menggalang pembentukan masyarakat Indonesia baru.

Sebagaimana terlihat dalam pernyataan Phillips (2000) bahwa pendidikan karakter haruslah melibatkan semua pihak, rumahtangga dan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekolah lebih luas (masyarakat). Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyambung kembali hubungan yang nyaris terputus antara ketiga lingkungan pendidikan ini. Pembentukan watak dan pendidikan sopan santun tidak akan berhasil selama antara ketiga lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasi.

Rumahtangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan watak dan pendidikan sopan santun pertama dan utama mestilah diberdayakan kembali. Keluarga hendaklah kembali menjadi sekolah untuk kasih sayang atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang. Keluarga merupakan basis dari bangsa, dan karena itu keadaan keluarga sangat menentukan keadaan bangsa itu sendiri. Keluarga yang baik memiliki empat ciri.

Pertama, keluarga yang memiliki semangat (motivasi) dan kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran- ajaran agama dengan sebaik-baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, keluarga di mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi, saling asah dan asuh. Ketiga, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak serakah dalam usaha mendapatkannya, sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan.

Keempat, keluarga yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya, dan karena itu selalu berusaha meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui proses belajar dan pendidikan seumur hidup (life long learning). Sedangkan pendidikan sopan santun melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur.

Di sisi lain tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat, lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap sopan santun dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter.

Anak-anak sebagai penerus bangsa apabila datang dari keluarga baik yang memiliki ke empat ciri seperti yang telah diuraikan di atas, maka anak-anak tersebut telah memiliki potensi dan bekal yang memadai untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Sekolah seperti sudah sering dikemukakan banyak orang, seyogianya tidak hanya menjadi tempat belajar, namun sekaligus juga tempat memperoleh pendidikan, termasuk pendidikan watak dan pendidikan nilai. Seperti yang diterapkan di SDN 02 Sidorejo. (nov2/zal)

Guru SDN 02 Sidorejo


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya