32.2 C
Semarang
Saturday, 21 June 2025

Bangkitkan Semangat Belajar Siswa melalui Pendekatan Konstruktivisme

Oleh: Sigit Prayoga, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai komponen pendidikan yang pertama dan utama harus mampu memberikan yang terbaik pada siswa. Guru tidak hanya berperan sebagai sumber penyampaian ilmu saja, tetapi guru mampu memberikan perhatian secara psikologis pada siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan terjadi jika pembelajaran itu memakai ladasan taksonomi Bloom, yaitu bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kebebasan guru untuk mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi tehadap pembelajaran akan mempermudah dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada diri peserta didik. Guru selalu terbuka, untuk membantu dan memotivasi siswa dalam menemukan sesuatu dalam pembelajaran. Kompetensi dan transfer pengetahuan akan tercapai jika suasana pembelajaran berjalan dengan demokratis, menyenangkan, dan terjadi perubahan perilaku pada siswa menjadi lebih baik.

Setelah beberapa tahun mengajar kelas V SD Negeri Bodas, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, penulis memperoleh beberapa masalah yaitu potensi dan motivasi siswa belum muncul, motivasi pembelajaran siswa terhadap suatu pembelajaran kurang bahkan tidak muncul. Sehingga pada proses pembelajaran siswa hanya diam tanpa ada keinginan untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran seperti ini jelas menjadi kurang mengena sehingga anak setelah keluar kelas, mereka akan cepat lupa dengan apa yang telah dipelajarinya di kelas tadi. Hasil belajar siswa pun rendah tidak adanya alat peraga yang dapat membuat siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan semangat.

Kemudian penulis menerapkan pendekatan yang harapannya sebagai suatu jalan terbaik. Yaitu, pendekatan konstruktivisme adalah agar siswa mampu meningkatkan pengetahuan mereka untuk membangun sekaligus menemukan hal-hal baru, dan membuat pembelajaran yang lebih terpusat kepada siswa (student centered) dalam proses pembelajaran agar lebih mengesankan dan mudah untuk diingat dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah-langkah pendekatan konstruktivisme menurut Suprijono (2009: 41) yaitu: pertama, Orientasi, merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran. Kedua, Elicitasi, merupakan tahap untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.

Ketiga, Rekonstruksi ide, dalam tahan tahap ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasanya, kalau tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasanya cocok. Keempat, Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada macam-macam situasi yang dihadapi.

Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci. Kelima, Review, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasanya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil reviu kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide-ide pada diri siswa.

Dengan pembelajaran yang dilalui dengan pendekatan kontruktivisme, peserta didik semakin termotivasi, senang dalam mengikuti pelajaran, penyampaian pelajaran semakin menarik dan bermakna.(cd3/aro)

Guru Kelas 5 SD Negeri Bodas, Kec. Kandangserang, Kab. Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya