RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN dalam Kurikulum 2013 sangat erat kaitannya dengan kerja kelompok. Sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif, Student Team Achievement Division (STAD) merupakan pembelajaran yang paling sederhana dan mudah digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
Menurut Dian (2011), pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi guna memahami konsep-konsep, menemukan hasil yang benar.
Sementara menurut Rusman (2012:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas empat sampai enam dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Biasanya satu kelompok berisi empat sampai enam siswa dengan kemampuan berbeda dan tergantung dari jumlah siswa dalam kelas tersebut. Selain kemampuan yang berbeda, keberagaman lain juga dituntut dalam kelompok tersebut seperti jenis kelamin, suku, dan agama.
Model pembelajaran STAD menekankan pada kreativitas dan interaksi antarsiswa untuk saling memotivasi dan menguasai materi pelajaran guna mencapai nilai yang diharapkan dalam satu kelompok. Terdapat lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Division (STAD), yaitu, 1) penyajian kelas. Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Dalam hal ini adalah guru kelas atas. 2) Menetapkan siswa dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk di kelas IV SDN 1 Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga terdiri atas 15 anak maka dibentuk menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 anak. Tiap-tiap kelompok terdiri atas satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan tiga siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antaranggota dalam satu kelompok. Walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya. 3) Tes dan kuis. Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
4) Skor peningkatan individual. Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik, dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode STAD. 5) Pengakuan kelompok. Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 1 Selaganggeng sangat beragam, ada yang mendapatkan nilai sempurna, beberapa di atas KKM, dan sebagian lagi di bawah KKM. Keberagaman nilai inilah yang mendorong pembelajaran model STAD sangat sesuai di kelas IV.
Menurut Kagan (Dian: 2011), ada tiga keuntungan yang diperoleh ketika menggunakan model STAD, 1) semua siswa memiliki kesempatan untuk menerima hadiah setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran, 2) siswa mempunyai kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, dan 3) hadiah yang di berikan kepada kelompok dapat digunakan untuk memberikan motivasi berpretasi pada semua siswa. (pb2/ida)
Guru SDN 1 Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga