RADARSEMARANG.COM, Sudahkah guru menjadi pendidik yang menyenangkan? Sebuah pertanyaan diri untuk menciptakan pembelajaran menarik bagi siswa. Pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi kuat antara pendidik dan peserta didik. Tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan.
Tapi praktik di lapangan seringkali terdapat kendala untuk mewujudkannya sebagaimana dialami penulis di kelas III SD Negeri 03 Kelangdepok, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang. Siswa masih ada yang tidak fokus dan bermain sendiri dalam kelas. Hal ini menjadi perhatian penulis dalam menciptakan pembelajaran yang menarik. Untuk mengatasinya, penulis menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi ungkapan saran. Model pembelajaran ini menjadikan kelas lebih hidup. Siswa mudah memahami materi pembelajaran.
Kompetensi dasar materi ungkapan saran diantaranya mencermati ungkapan atau kalimat saran, masukan, dan penyelesaian masalah (sederhana) dalam teks tulis. Memperagakan ungkapan atau kalimat saran, masukan, dan penyelesaian masalah (sederhana) sebagai bentuk ungkapan diri dengan kosa kata baku dan kalimat efektif yang dibuat sendiri. Indikator pencapaiannya siswa mampu memahami ungkapan atau kalimat saran, masukan, dan penyelesaian masalah (sederhana) dalam teks tulis.
Siswa mampu mengidentifikasi ungkapan atau kalimat saran, masukan, dan penyelesaian masalah (sederhana) dengan tepat. Siswa dapat menyajikan ungkapan atau kalimat saran dengan tepat dan siswa mampu menuliskan saran tentang kewajiban yang seharusnya dilakukan dengan tepat.
Model pembelajaran TGT adalah perwujudan tipe model pembelajaran kooperatif yang bertumpu pada kerja sama antar siswa untuk membawa siswa ke dalam sebuah permainan. Menurut Kurniasari (2006:42) TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok kecil dalam kelas. Terdiri 4-6 siswa yang heterogen. Saat TGT, setiap siswa akan ditetapkan menjadi wakil grup sesuai dengan keahlian masing-masing. Mereka akan bertanding sesuai bidang akademik yang mereka sukai atau kuasai. Tahap akhir siswa diajak rekognisi dan evaluasi.
Langkah–langkah model pembelajaran TGT sebagai berikut: Guru melakukan apersepsi dan motivasi pembelajaran. Kemudian mengutarakan bahan materi ajar, esensi materi, manfaat pembelajaran, tujuan pembelajaran. Guru sebaiknya menampilan slide menarik disertai contoh video. Ketika presentasi di kelas, seluruh kelas dituntut fokus. Setelah itu, kembangkan daftar pertanyaan tentang topik. Jumlah grup beranggotakan 3 hingga 5 siswa dengan masing-masing memiliki latar belakang berbeda.
Selanjutnya, tata cara games memberikan soal berupa pertanyaan untuk mengetes kemampuan siswa dalam menguasai materi ungkapan saran. Setelah diberikan di dalam presentasi kelas dari guru dan diskusi di grup belajar. Keseluruhan permainan adalah soal pertanyaan yang simpel dengan nomor urut.
Untuk penilaian sederhana. Jika siswa menjawab dengan benar mendapat nilai. Kemudian, Guru membuat grup sesuai prestasi siswa dan gender terdiri dari 3 hingga 5 siswa. Setelah itu, grup akan mendapatkan materi untuk dipelajari. Aktivitas dari grup adalah mendiskusikan segala bahan ajar yang nantinya untuk menyelesaikan masalah, menilai jawaban antar anggota serta merevisi teori antar anggota bila terjadi kesalahan. Proses ini dilaksanakan setelah guru menyampaikan materi.
Dan setiap grup telah menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa. Siswa dibentuk ke meja turnamen. Siswa yang memiliki kemampuan baik disatukan meja satu. Urutkan tiap kemampuan yang masing-masing memiliki tiga siswa pada tiap meja. Setelah itu, siswa kembali ke tim mereka dan melaporkan skor. Skor tim dibandingkan dan tim pemenang mendapatkan hadiah. Lalu , guru memberitahu grup juara.
Setiap grup akan memperoleh reward jika nilai mencapai standar yang ditetapkan. Ini bisa memicu siswa lebih giat belajar. Guru bisa membuat sebutan tersendiri sesuai kreatifitas. Bisa menggunakan istilah asing semacam “Best”, “Super”, atau “Great”. Terakhir, guru melakukan refleksi pembelajaran untuk mendapatkan kesan seluruh siswa dalam pembelajaran tersebut sebagai perbaikan pembelajaran.
Penulis mengamati pembelajaran TGT dapat memicu siswa yang memiliki prestasi di bawah rata-rata ikut berperan dalam grup. Bisa mengembangkan rasa kompak pada kelas dan dapat menghargai perbedaan antar manusia. Dapat melahirkan motivasi siswa untuk belajar lebih dalam pelajaran. Karena siswa bisa mendapatkan hadiah dari guru, serta mampu membangkitkan kesenangan siswa dalam kegiatan belajar. (kj1/fth)
Guru Kelas III SDN 03 Kelangdepok, Bodeh
