RADARSEMARANG.COM, Keaktifan dan Mencari Solusi. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas untuk mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Melalui aktivitas dan transformasi itu, diharapkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Aktivitas pembelajaran yang dirancang tidak selalu memposisikan siswa terpaku di tempat duduknya, melainkan siswa haruslah bisa leluasa bergerak, dan berpikir keras (Silberman 2006:9).
Sepanjang pengamatan dan pengalaman penulis, ketidakaktifan siswa berakibat pada hasil belajar yang belum memuaskan dengan rerata masih bawah kriteria ketuntasan minimal. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditemukan dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan program linear, dengan aktivitasnya masih berpusat pada guru.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal di atas adalah dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan menerapkan kemajuan teknologi. Model pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student oriented) yang mengacu pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis teknologi informatika (IT). Dengan media, pembelajaran akan lebih menarik, siswa makin aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya menjadi lebih nyata dan bermakna, serta tidak membosankan.
Berdasarkan uraian di atas, penerapan TSTS berbantu Quipper School dalam pembelajaran matematika mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. TSTS singkatan dari Two Stay Two Stray, yang diiterjemahkan sebagai dua tinggal dan dua mengembara merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Model TSTS ini diterapkan di SMAN 1 Ambarawa, Kab Semarang, dalam pembelajaran siswa dikelompokkan dengan setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. Dengan difasilitasi guru, mula-mula setiap kelompok akan berdiskusi, berbagi informasi untuk merumuskan masalah dan menentukan penyelesaian bersama terhadap masalah program linier yang diajukan guru.
Kemudian 2 orang dari setiap kelompok akan mengembara (stray) ke kelompok lain untuk mencari perbandingan solusi kelompok lain, sedangkan 2 orang yang lain tinggal (stay) di masing-masing kelompoknya untuk melayani, memberikan informasi kepada anggota stray kelompok lain yang datang ke kelompoknya. Setelah semua pengembara memperoleh informasi dari kelompok lain mereka akan kembali ke kelompoknya dengan membawa informasi dari kelompok lain.
Hasil penelitian tindakan kelas model TSTS mampu mengoptimalkan hasil belajar matematika siswa materi program linier sekaligus meningkatkan keaktifan siswa dengan pencapaian indikator ketuntasan individual 67, dan ketuntasan klasikal 85,29% untuk pengetahuan, dan 82,35% untuk ketrampilan pada rata-rata nilai pengetahuan dan ketrampilan berturut-turut 72,71 dan 73,59 (Bangun Widadi, Y:2018).
Di sisi lain pelaksanaan kegiatan belajar dalam kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktikkan keterampilan, mengajukan pertanyaan, dan mendorong siswa untuk mengajar satu sama lain merupakan strategi untuk menjadikan siswa aktif dalam belajar yang berdampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni meningkatnya aktivitas siswa selama pembelajaran, meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran, dan kompetensi serta dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran (Isjoni 2010:87).
Terlebih bila penerapan model TSTS ini dikolaborasikan dengan penggunaan media, salah satunya Quipper School. Quipper School merupakan salah satu media pembelajaran berbasis virtual untuk meningkatkan motivasi, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa yang dapat memberikan fasilitas kepada siswa untuk saling memberikan informasi satu sama lain, mencocokkan hasil temuan mereka dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru secara interaksi aktif baik dalam untuk diskusi maupun dalam menjawab soal-soal. Dengan demikian siswa dapat belajar lebih optimal sekaligus menyenangkan. (igi1/zal)
Guru SMAN 1 Ambarawa, Kab. Semarang