RADARSEMARANG.COM, Saat pendemi, ketika kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) berubah-ubah mengikuti level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sekolah mengalami kesulitan dalam memastikan pelayanan pendidikannya tetap berlangsung maksimal.
Guru, karyawan, atau keluarganya terpapar dan harus isolasi mandiri. Rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hambatan teknis lainnya, adalah masalah-masalah yang harus ditangani agar learning loss tidak terjadi atau minimal terkurangi.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah kepala sekolah selaku manajer di satuan pendidikan harus mampu menciptakan sistem komunikasi efektif dengan semua stakeholder atau pemangku kepentingan di lembaga yang dipimpinnya.
Suatu kecakapan utama yang disyaratkan bagi seorang manajer adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Memperoleh pengertian kebijakan-kebijakan, menjaga bahwa instruksi-instruksi dimengerti dengan jelas, mengusahakan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan. Semua itu tergantung dari komunikasi yang efektif.
Manajer yang tidak mampu menyampaikan pekerjaan yang harus dilakukan, tidak akan berhasil dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebaliknya, jika para pegawai tidak mampu berkomunikasi dengan bebas dengan manajer, maka informasi yang diperlukan untuk mengelola dengan berhasil, akan terhalang (Terry: 2021).
Wahana komunikasi harian yang mudah, murah, dan efektif adalah apel pagi. Efek apel pagi minimal adalah menanamkan karakter disiplin guru karyawan, utamanya pada kedatangan dan start mulai pelayanan. Jika pada kondisi tertentu mereka sedang “bekerja dari rumah”, kegiatan ini diikuti secara virtual. Di samping itu, dengan apel pagi kepala sekolah bisa selalu mengontrol kesehatan seluruh warga wiyatanya.
Dalam manajemen sekolah, apel pagi yang terpenting adalah sarana komunikasi efektif. Evaluasi kinerja pelayanan pendidikan yang sudah dilakukan, penyampaian program-program kerja yang akan dilaksanakan, juga aneka informasi terbaru terkait kegiatan persekolahan, sampai dengan pembinaan dan intruksi-instruksi pimpinan, semua bisa dimuat dalam apel pagi.
Beri kesempatan juga kepada semua guru dan karyawan untuk menyampaikan perihal teknis pelayanan pendidikan pada forum ini: tentang rencana kegiatan, pelibatan guru karyawan, dan aneka informasi lainnya agar semua warga sekolah memiliki pemahaman yang sama akan program pelayanan yang sedang dan atau akan dilakukan bersama. Komunikasi kepala sekolah serta inter dan antarguru karyawan terjalin bagus, saling paham, dan demokratis.
Hindari bicara panjang lebar saat apel pagi. Waktu yang terbatas, peserta berdiri formal, dan tiap-tiap peserta akan segera melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, sangat tidak nyaman ketika pimpinan apel berbicara panjang lebar, bertele-tele, dan tidak kontekstual. “Tidak ada kata terbuang percuma” menjadi prinsip untuk berbicara ringkas, bernas, efektif, dan efisien.
Jika diperlukan, pimpinan apel dapat membawa catatan kecil yang berisi poin-poin penting materi. Di samping untuk menghindari berbicara ngalor ngidul tidak jelas. Juga untuk melawan lupa akan hal penting yang seharusnya disampaikan. Membawa teks materi apel pagi lengkap, membacakannya secara formal seperti inspektur upacara, bukan hal yang disarankan saat apel pagi dengan cakupan kecil level sekolah. Kekomunikatifannya akan berkurang.
Yang terpenting adalah laksanakan apel pagi secara rutin dan disiplin. Budaya ini akan membentuk karakter warga sekolah yang saling paham akan tugas pokok, fungsi, dan peran mereka. Menciptakan etos kerja gotong royong saiyeg ‘seia’ saeka ‘satu’ kapti ‘harapan, cita-cita’ yang berarti ‘semangat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan’ , yang itu semakna dengan kinerja pelayanan di satuan pendidikan secara maksimal. (gr2/lis)
Kepala SMPN 1 Grabag, Kabupaten Magelang