RADARSEMARANG.COM, Karakter peserta didik saat ini sangat memprihatinkan. Banyak kenakalan bahkan tindak kriminal yang dilakukan oleh peserta didik. Maka, perlu penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran.
Penguatan pendidikan karakter adalah program di lembaga pendidikan yang berperan dan berfungsi untuk memperkuat karakter peserta didik. Tentu saja membentuk karakter tidak dapat diselenggarakan secara instans. Butuh proses dan waktu. Selama proses penguatan itu sendiri dibutuhkan kesabaran.
Adapun karakter peserta didik yang dibentuk, yaitu pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral action). Pada jenjang SD sesuai kurikulum 2013 ini ada beberapa karakter utama yang perlu ditanamkan yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Salah satu cara penguatan pendidikan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran sosiodrama.
Menurut Sanjaya (2013: 147), “Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga otoriter dan lain sebagainya.”
Sosiodrama atau bermain peran menekankan kenyataan di mana para murid diikutsertakan dalam permainan peranan di dalam mendemonstrasikan masalah-masalah sosial.
Salah satu contoh penerapan metode sosiodrama dapat diterapkan pada muatan PPKN materi hak dan kewajiban. Langkah-langkah penerapan metode sosiodrama yang harus dilaksanakan yaitu guru menetapkan topik atau masalah yang nanti akan diperankan. Misal topiknya adalah hak dan kewajiban siswa dirumah.
Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan. Guru juga menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peran yang harus dimainkan oleh para pemain serta waktu yang disediakan untuk memainkan perannya.
Langkah berikutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan perannya dalam simulasi. Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran, mulai mensimulasikan dramanya. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. Apabila ada pemeran yang merasa kesulitan guru memberikan bantuan. Pada saat puncak, simulasi dihentikan sementara. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang disimulasikan.
Langkah terakhir yaitu melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong siswa agar dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. Menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.
Pada saat proses melaksanakan sosiodrama siswa secara tidak langsung akan dibentuk karakternya. Siswa bertanggung jawab melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Siswa juga akan terlatih untuk berinisiatif dan kreatif, pada waktu memainkan drama para pemain diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sesuai waktu yang tersedia. Semua pemain saling menghormati pendapatnya.
Kerja sama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama pemain. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain, dan mereka akan terbiasa berkomunikasi dengan baik.
Siswa juga dapat memupuk bakatnya sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh seni drama. Penggunaan sosiodrama dalam pembentukan karakter peserta didik ini terbukti efektif karena metode ini dapat menciptakan proses pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. (mn2/lis)
Guru Kelas 6 SDN Sutopati 2, Kec. Kajoran, Kabupaten Magelang