RADARSEMARANG.COM, PELAJARAN matematika selama ini masih menjadi momok bagi sebagian besar siswa. Banyak siswa yang kurang tertarik belajar Matematika, karena beberapa faktor. Di antaranya, siswa kurang menyenangi pembelajaran terkait angka-angka dan guru kurang menarik dalam menyampaikan materi.
Kenyatan itu terjadi di SMP Negeri 1 Kalibawang, Kulonprogo, tempat penulis bekerja. Diakuinya, selama ini masih banyak guru mata pelajaran Matematika yang menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran.
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pembelajaran dengan mengutamakan interaksi antara guru dan siswa. Dimana seorang guru menyampaikan materi pembelajarannya melalui proses penerangan dan penuturan secara lisan kepada siswanya (Susanti, 2019).
Penggunaan metode ceramah yang terlalu sering, akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Untuk mengatasi permasalahan ini, penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk mengajarkan materi bangun ruang sisi lengkung pada kelas IX, semester 2.
Dalam kaitan ini, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu materi. Pembelajaran kooperatif STAD dapat mengurangi kecenderungan guru mendominasi kelas. Selain itu dengan adanya penghargaan kelompok dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Menurut Trianto (2009) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil.
Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD yang penulis lakukan sebagai berikut, pertama, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 4 sampai 5 anak. Kedua, tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja dan kemudian saling membantu menguasai materi melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
Ketiga, secara individu atau kelompok tiap minggu atau dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau kelompok yng meraih prestasi tertinggi diberi penghargaan.
Setelah penulis menggunakan metode pembelajaran STAD, ternyata memberikan dampak yang positif terhadap pembelajaran matematika. Siswa yang semula hanya pasif dalam pembelajaran matematika, kini mulai aktif bersama kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa keuntungan dalam pembelajaran metode STAD. Pertama, siswa memiliki kesempatan untuk menerima penghargaan setelah menyelesaikan materi pelajaran. Kedua, siswa mempunyai kemungkinan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Ketiga, hadiah yang diberikan kepada kelompok dapat memberikan motivasi berprestasi kepada semua siswa.
Sedangken kekurangannya penggunaan model ini, pertama, kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang. Kedua, siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. Ketiga, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
Lepas dari keuntungan dan kekurangan, penggunaan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Kalibawang layak diterapkan. Pasalnya, model pembelajaran STAD mampu meningkatkan prestasi belajar Matematika. (pb1/ida)
Guru SMPN 1 Kalibawang, Kulonprogo, DI Yogyakarta