RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran bahasa, terutama bahasa asing tidak lepas dari penilaian kemampuan berbicara. Japan Foundation sebagai lembaga nirlaba milik pemerintah Jepang yang bertujuan untuk memperdalam rasa saling pengetian di antara masyarakat Jepang dan negara-negara lainnya, telah mengeluarkan JF Standart bagi pendidikan bahasa Jepang di luar negara Jepang.
Sejak dulu kemampuan linguistik sangat diperhatikan dalam pendidikan bahasa. Kemampuan linguistik mencakup kemampuan penguasaan kosakata, taat bahasa, kemampuan pemahaman makna, kemampuan pelafalan, serta kemampuan membaca dan ortografi (menulis huruf, kata, dan kalimat).
Pembelajaran bahasa Jepang di SMA salah satunya membahas KD kegemaran dan kegiatan waktu luang (Shumi to Hima na toki) dalam bentuk teks transaksional lisan dan tulis, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan sesuai dengan konteks penggunaannya. (https://www.soalrevisi.com/).
Pada KD tersebut, peserta didik diharapkan mampu membuat kartu ucapan dalam bahasa Jepang dan mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang dengan benar. Pada pembelajaran di masa pandemi, dirasa sulit untuk melakukan pembelajaran tatap muka, sehingga pengucapan bahasa Jepang peserta didik kurang termediasi dengan baik. Hal ini merupakan persoalan guru dalam pembelajaran.
Capaian fungsi pembelajaran bahasa Jepang dibutuhkan 2 keterampilan, yakni kemampuan penyelesaian tugas dan kemampuan pemahaman lintas budaya. Pemahaman lintas budaya ini akan membawa pada terbentuknya masyarakat yang kaya akan keberagaman, sehingga akan didapatkan kekayaan kemanusiaan (JF Standarts).
Sementara kemampuan penyelesaian tugas mencakup ranah keterampilan menulis dan berbicara, sekaligus mencakup ranah pemahaman. Oleh karenanya guru harus melakukan pembelajaran dengan metode yang tepat. Metode Project Based Learning (PBL) sebagai pilihan untuk mengatasi semua itu.
Project Based Learning (PBL) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paham pembelajaran konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya (Doppelt dalam Al-Tabany:43). Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan teknologi sebagai alat dalam perencanaan, perkembangan, dan penyajian proyek. Pembelajaran berbasis proyek ini juga menekankan siswa untuk dapat bekerja sama, kemampuan yang mestinya dimiliki di abad 21.
Pada tahap pertama, peserta didik menyimak dan mencari tahu budaya perayaan di Indonesia dan di Jepang. Peserta didik juga diberikan tautan bacaan dari situs mengenai perayaan-perayaan yang ada di Indonesia dan di Jepang. Peserta didik berdiskusi setelah membaca tautan dan menonton video. Peserta didik menganalisis materi yang dapat diambil dari video dan link secara berkelompok dan mencatatnya pada lembar pengamatan yang telah diberikan guru pada kolom di Google Classroom.
Tahap selanjutnya, peserta didik mengamati beberapa contoh presentasi hadiah yang diperoleh saat perayaan hari istimewa, lalu secara individu membuat presentasi hadiah yang diperoleh saat perayaan hari istimewa. Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaannya ke dalam Google Classroom.
Langkah berikutnya peserta didik mempresentasikan kartu ucapan yang dibuat sesuai tujuan pembelajaran. Yaitu mampu membuat presentasi yang berkaitan dengan hadiah dalam bentuk teks transaksional lisan dan tulis sesuai dengan konteks penggunaannya.
Guru menampilkan proyek presentasi hadiah yang telah peserta didik kerjakan pada pertemuan asinkronus minggu sebelumnya. Peserta didik bersama guru menganalisis dan memberikan tanggapan atas proyek yang telah ditampilkan.
Peserta didik juga menganalisis unsur bahasa yang terdapat dalam materi hadiah. Yang terakhir, guru meminta peserta didik secara berkelompok menganalisis informasi perayaan hari-hari istimewa di Jepang dan macam hadiah yang diterima.
Akhir dari pembelajaran ini pemelajar dapat meningkatkan kesadarannya terhadap keberadaan bahasa atau kebudayaan yang berbeda dengan mencatat pengalaman kebahasaan dan kebudayaan yang dialaminya. Pemelajar memiliki sudut pandang yang kompleks, serta mendapatkan cara pandang dan sikap yang baru terhadap kebudayaannya sendiri.
Pada pemelajar di negara-negara yang sedikit kesempatan menggunakan bahasa Jepang pun, mereka dapat mencatat mengenai pengalaman tidak langsung. Seperti dapat membaca komik dalam bahasa Jepang atau membaca artikel bahasa Jepang dari internet. (lm1/lis)
Guru Bahasa Jepang SMAN 5 Magelang