RADARSEMARANG.COM, Dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi. Karena keduanya berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan dikonstruksikan, dan makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didesiminasikan dan diterapkan.
Guru dapat menilai sejauh mana siswa memahami konsep materi yang baru diajarkan. Dominasi guru menyebabkan siswa pasif. Karena kurang bisa mengemukakan ide dan pendapat yang dimilikinya. Siswa juga masih enggan bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya. Meskipun tidak bisa memecahkan masalah yang diberikan. Sehingga kurang terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.
Pembelajaran SBdP merupakan pelajaran yang mudah. Tapi jika tanpa praktik, latihan hasil belajar kurang maksimal. Contohnya pembelajaran seni suara atau tari. Siswa harus banyak berlatih agar mampu menyelesaikan masalah serta berusaha mengkonstruksi pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman.
Untuk menumbuhkan motivasi dan meningkatkan partisipasi siswa, maka harus merancang metode secara kreatif. Yang memungkinkan terjadinya interaksi dan negosiasi untuk penciptaan arti dan konstruksi makna dalam diri siswa dan tenaga pengajar. Sehingga dicapai pembelajaran yang bermakna.
Sagala (2013: 68) menyatakan pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dalam hal ini guru berperan penting dalam menyediakan berbagai perangkat metodis yang memungkinkan siswa untuk mencapai kebutuhan tersebut.
Pada prosesnya, pembelajaran melalui pendekatan konstruktif memanfaatkan media yang sesuai dengan materi. Metode yang digunakan berdasar pada asumsi bahwa setiap pelajar mempunyai cara sendiri untuk mengerti. Karena itu mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya masing-masing. Maka tidak ada satupun metode mengajar yang tepat. Sehingga sangat mungkin guru mempertimbangkan penggunaan metode yang variatif untuk membantu siswa dalam belajar.
Berdasarkan observasi dari pengalaman penulis adalah : Pertama, guru hendaknya lebih aktif menambah pengalaman tentang pembuatan media pembelajaran. Kedua, Guru harus lebih aktif, kreatif dan mau membuat media sendiri dan menyesuaikan media dengan tingkat kesulitan anak. Ketiga, sekolah diharapkan lebih membantu dan mendukung dalam hal pengadaan media pembelajaran demi lancarnya KBM. Keempat, Kurang lengkapnya media pembelajaran mempengaruhi hasil dari KBM.
Pelajaran SBdP bagi peserta didik kelas merupakan pelajaran yang menyenangkan. Tetapi sering kali pada muatan seni tari atau musik dari penyampaian guru yang tanpa media atau contoh langsung. Menjadikan siswa kurang memahami materi yang disampaikan. Seharusnya hasil belajar atau keterampilan kesenian tersebut bisa menunjang dan meningkat minat belajar siswa dalam menerima materi pada pelajaran. Sehingga hasil belajar siswa meningkat memenuhi target.
Pembelajaran melalui pendekatan konstruktif yang diterapkan pada kelas 3 SDN 01 Wonokerto Wetan diharapkan agar siswa mampu bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka. Guru menjadi mitra belajar bagi para peserta didik. Bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang dapat mendorong motivasi dan tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang menyenangkan dan tidak kaku. Sehingga pembelajaran mudah dipahami dan berpusat pada peserta didik. (ct4/fth)
Guru Kelas III SDN 01 Wonokerto Wetan, Kab. Pekalongan