31 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Bermain Peran Cara Efektif Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi Anak

Oleh: Tatik

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, LINGKUNGAN keluarga merupakan tempat pertama anak untuk tumbuh dan berkembang dalam proses sosialisasi. Dalam keluarga, anak bersosialisasi dengan ayah, ibu, kakak, dan anggota keluarga yang lainnya. Dari keluarga anak akan diajarkan bagaimana makan, minum, bahkan berbicara. Setelah lingkungan keluarga, anak akan dihadapkan dengan lingkungan sekitar dan sekolah.

Dari sosialisasi di sekolah, anak akan belajar bagaimana menggunakan bahasa yang baik, tingkah laku yang baik, serta aturan yang berlaku di sekolah.

Menurut Agustin (2014) sosialisasi merupakan sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang diterima dalam kelompoknya.

Sebagai guru anak usia dini atau Taman Kanak-kanak, mengasah kemampuan anak dalam bersosialisasi sangatlah penting. Pada awal anak mengenal dunia pendidikan atau sekolah, masih banyak ditemui anak yang kesulitan ketika berpisah dengan orangtua, anak yang lebih cenderung menyendiri, pendiam, serta mudah marah apabila terjadi konflik dengan teman sebaya.

Di sini guru dituntut untuk bisa mengasah dan membimbing anak didik agar tidak mengalami kesulitan saat bersosialisasi. Caranya dengan mengajak bermain. Dunia anak adalah bermain. Anak perlu bermain agar mereka dapat mencapai perkembangan yang optimal. Dengan bermain, anak-anak belajar mengenai diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan. Melalui bermain anak mampu mengembangkan keahlian emosi, kognitif, sosial dan fisik. Bermain membantu anak mengembangkan rasa harga diri.

Alasannya adalah karena dengan bermain anak memperoleh kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, dan memahami benda-benda serta belajar keterampilan sosial, Erikson (1963).

Bermain yang bisa untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi adalah dengan bermain peran. Dari bermain peran anak akan bisa mendapatkan kesempatan untuk berimajinasi, berbaur dengan teman sebaya, dan bekerja dengan satu sama lain. Uno Hamzah, (2008 : 26) menyatakan Role Playing (bermain peran) merupakan suatu model pembelajaran yng memiliki tujuan yakni membantu peserta didik menemukan jati diri di dunia sosial serta memecahkan masalah dengan bantuan kelompok.

Bermain peran sudah diterapkan di TK Negeri Pembina Bobotsari kelas B3. Bermain peran yang paling mudah dilaksanakan pada usia dini adalah bermain peran yang sering anak jumpai atau pernah mereka alami. Guru atau pendidik perlu membuat persiapan sebelum anak bermain peran antara lain Merancang tema apa yang akan diperankan anak, misalnya, main peran tema keluargaku, penjual dan pembeli, atau dokter dengan pasiennya. Melalui skenario ini anak akan terpancing untuk melakukan percakapan dengan teman.

Menata ruang sesuai tema yang akan dimainkan, boleh di dalam ruangan ataupun di luar ruangan. Menyiapkan alat-alat yang mendukung bermacam-macam peran. Memberikan waktu yang cukup untuk anak bermain (minmal 1 jam).

Dalam bermain peran yang diterapkan di TK Negeri Pembina Bobotsari, Purbalingga, anak dibebaskan untuk berimajinasi, tetapi anak masih perlu dijelaskan adanya aturan dalam bermain. Di sini anak diajak bermain secara kelompok, baik kelompok besar atau kecil.

Selain itu anak juga dikenalkan tentang sopan santun dalam berbicara, seperti mengucap salam, berterimakasih, dan mengucap tolong apabila butuh bantuan. Setelah kegiatan bermain peran dilaksanakan, ternyata kemampuan anak dalam bersosialisasi meningkat. Anak juga akan belajar menghargai pendapat, memiliki sikap empatik, serta dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain. (pb2/zal)

Guru TK Negeri Pembina Bobotsari, Purbalingga.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya