RADARSEMARANG.COM, PELAJARAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagaimana tercantum dalam Standar Isi KTSP 2006 diartikan sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses. Selain itu, pelajaran IPA yang mencakup bahan kajian IPA yang bersifat fenomena alam, fisika, dan kimia merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan sikap, dan nilai-nilai ilmiah pada peserta didik (Rustaman 1997:8).
Tujuan pembelajaran IPA di jenjang pendidikan dasar adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang. Yakni melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat menggunakan IPA dan pola pikir IPA dalam kehidupan sehari-hari. Penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 01 Rowokembu, Kecamatan Wonopinggo, Kabupaten Pekalongan, ditemukan beberapa fakta, yaitu kurangnya minat belajar dan hasil belajar peserta didik. Hal tersebut terlihat saat proses pembelajaran tentang materi sifat-sifat magnet, prestasi belajar peserta didik belum menggembirakan.
Hasil tes penilaian akhir semester menunjukkan ketercapaian angka rata-rata kelas hanya 68. Jumlah peserta didik yang sudah tuntas belajar ada 11 dari 25 peserta didik. Ketuntasan kelas baru mencapai 44 persen, belum mencapai target yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA kelas VI sebeesar 75 persen.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan peserta didik dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Yakni, mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya. Peserta didik dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Langkah-langkah dalam pembelajaran sifat-sifat magnet dengan kooperatif tipe make a match ini sebagai berikut, 1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok memperoleh oleh satu ketua kelompok yang telah ditunjuk guru. 3) Tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.
4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (pasangan pertanyaan-jawaban). 5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin oleh penilai. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7) Setelah semua peserta didik mendapatkan pasangannya, kemudian peserta didik mendeskripsikan soal dan jawaban yang telah didiskusikan bersama anggota kelompoknya. 8) Kesimpulan dan penutup.
Proses pembelajaran kompetensi sifat-sifat magnet dalam kehidupan sehari-hari melalui penggunaan model kooperatif tipe make a match mengalami peningkatan positif. Pada awal penelitian di masa pembelajaran daring, peserta didik belum berkonsentrasi pada materi yang disampaikan. Peserta didik asyik dengan kegiatannya sendiri seperti bermain telepon genggam. Pada saat PTM, peserta didik sudah mulai aktif berpartisipasi dan sudah lebih fokus pada materi yang disampaikan guru. Beberapa peserta didik sudah berani bertanya dan sangat antusias dalam menerima materi dan mengerjakan tugas.
Berdasarkan uraian tersebut, saran penulis sebagai berikut, pertama, peserta didik diharapkan lebih antusias dan fokus di saat guru menjelaskan materi ataupun konsep metode pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik bisa mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan setelah digunakan model kooperatif tipe make a match ataupun model baru yang belum pernah digunakan sebelumnya. Kedua, guru kelas dapat memanfaatkan model kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran sifat-sifat magnet. Model kooperatif tipe make a match terbukti dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang sifat-sifat magnet. (ump1/ida)
Guru SDN 01 Rowokembu, Kecamatan Wonopinggo, Kabupaten Pekalongan