Mingkar mingkuring angkara
akarana karenan mardi siwi
sinawung resmining kidung
sinuba sinukarta
mrih kretarta pakartining ngilmu luhung
kang tumrap ing tanah Jawa
agama ageming aji
(Serat Wedhatama pupuh Pangkur pada I)
RADARSEMARANG.COM, Tembang di atas merupakan salah satu pada dalam Serat Wedhatama. Bagi peserta didik atau anak zaman sekarang tembang tersebut sangat asing. Mendengar atau membaca saja belum pernah, apalagi memahami isinya. Mungkin itu komentar yang sering terdengar saat guru bahasa Jawa menanyakan kepada peserta didik. Jadi, bukan hal mudah bagi peserta didik untuk menelaah teks tembang dalam Serat Wedhatama apabila mereka belum pernah mengerti.
Pembelajaran menelaah teks Serat Wedhatama pupuh Pangkur dalam bahasa Jawa merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Namun sebagian peserta didik kesulitan menelaah tembang Pangkur dalam Serat Wedhatama karena kosakata yang asing bagi peserta didik.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan penguasaan kompetensi menelaah tembang dan meningkatkan keaktifan peserta didik adalah dengan model pembelajaran guided discovery learning yang kemudian disingkat menjadi GuDiL.
Ada dua bentuk discovery learning dalam implementasinya. Yaitu guided discovery learning atau pembelajaran penemuan terbimbing adalah bentuk yang memerlukan arahan guru sebagai penyedia dalam aktivitas pembelajaran dan discovery learning adalah free discovery learning atau pembelajaran penemuan bebas. Yaitu bentuk yang bebas, siswa harus bisa berperan aktif secara mandiri dan tidak memerlukan fasilitator seperti guru (Suprihatiningrum, 2014: 244).
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2009:187) model pembelajaran discovery learning bisa dilakukan dengan hubungan dua arah dan satu arah. Hubungan dua arah adalah peserta didik harus bisa berkomunikasi dengan guru seperti menjawab pertanyaan. Lalu guru melakukan komunikasi dengan peserta didik dengan cara panduan secara baik.
Penulis memilih model yang selanjutnya disingkat GuDiL dalam proses pembelajaran bahasa Jawa kelas X di SMAN 1 Muntilan untuk meningkatkan kompetensi menelaah Serat Wedhatama pupuh Pangkur. Langkah pembelajarannya adalah identifikasi masalah, stimulasi, penghimpunan data, mengolah data, verifikasi, kesimpulan.
Sintak pembelajaran yang pertama adalah identifikasi masalah. Peserta didik diminta mengidentifikasi cara menelaah teks tembang. Selanjutnya peserta didik melakukan hipotesis bahwa untuk menelaah tembang itu diawali dengan mengartikan kata-kata atau istilah yang sulit (dalam bahasa Jawa disebut njarwa).
Guru memberikan stimulus kepada peserta didik dengan menanyakan langkah-langkah untuk menelaah teks tembang. Selanjutnya guru memberikan penjelasan langkah yang harus dilakukan untuk menelaah tembang. Kemudian peserta didik diberi kebebasan menelaah secara mandiri.
Sintak yang kedua penghimpunan data. Dalam tahap ini peserta didik diperbolehkan mencari referensi yang bisa mendukung untuk menelaah tembang. Salah satunya dengan cara mengartikan kata-kata sulit dari kamus bahasa Jawa digital yang tersedia. Dengan melibatkan teknologi, peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Pada sintak berikutnya peserta didik melakukan olah data yaitu menelaah teks Serat Wedhatama pupuh Pangkur yang telah dibagi baitnya. Diawali dengan mengartikan kata-kata atau istilah yang sulit (njarwa). Setelah kata-kata sulit dipahami akan lebih mudah dalam menemukan isi tembang.
Setelah itu peserta didik membuat parafrase tembang (nggancarake) dengan bahasanya sendiri, dan selanjutnya peserta didik akan membuat kesimpulan (nggarba) dari tembang yang telah ditelaah. Langkah berikutnya, peserta didik dapat mencari pitutur luhur yang ada dalam tembang.
Peserta didik melakukan verifikasi atau pembuktian data. Peserta didik membuktikan apakah telaah tembang yang telah dibuat benar atau tidak. Peserta didik menguji hipotesisnya dengan menanyakan kepada guru tentang telaah tembang yang telah disusun. Sintak terakhir yaitu generalization (kesimpulan). Guru bersama peserta didik menyimpulkan keseluruhan tembang secara umum.
Model pembelajaran GuDiL juga dapat meningkatkan kompetensi menelaah Serat Wedhatama pupuh Pangkur. Hasil belajar peserta didik meningkat setelah diterapkan model pembelajaran GuDiL tersebut. (mn1/lis)
Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Muntilan, Kabupaten Magelang