RADARSEMARANG.COM, MELAKSANAKAN pembelajaran kelas rendah memang banyak sekali tantangan, mulai dari perancangan rencana pelajaran, karakteristik siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem penilaian yang sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Usia belajar siswa tingkat rendah berada pada tahapan operasional konkret, yaitu tahap perkembangan belajar yang beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Siswa jaman sekarang lebih cenderung pasif dalam hal aktifitas fisik dalam bermain, mereka terbukti lebih menyukai permainan gawai (game online) daripada bermain yang melibatkan aktifitas fisik seperti bermain bola, sepeda, dan permainan lainnya. Ketika anak kurang bergerak yang seharusnya menjadi fitrahnya maka koordinasi otot-otak atau yang lebih dikenal dengan motorik halusnya akan terganggu.
Ini yang akan menimbulkan beberapa permasalahan pada anak, salah satunya sulit fokus yang berpengaruh pada capaian akademisnya. Maka dari itu sebagai guru siswa kelas rendah kita harus punya inovasi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan gerak anak agar koordinasi motorik halusnya dapat terus terstimulasi.
Dengan demikian sumber dan bahan belajarnya harus pula dikembangkan secara interaktif karena fokus konsentrasi, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar pada usia tersebut masih sangat kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif.
Pembelajaran matematika pada siswa di SDN Mojosimo khususnya pada kelas rendah membutuhkan strategi khusus dalam penerapannya, karena tahap perkembangan siswa pada usia tersebut membutuhkan sesuatu yang konkrit atau nyata, mengkoordinasi motorik halus, dan mengakomodir kebutuhan gerak siswa, sehingga pembelajaran dengan bermain menggunakan ajar konkrit seperti bermain congklak dapat membantu proses pemahaman siswa.
Congklak yang merupakan permainan tradisional nusantara yang dimainkan oleh individu maupun kelompok. Ketepatan strategi dan perhitungan merupakan andalan utama pada permainan ini. Dari sana tercetus ide untuk memolesnya ke dalam simulasi pembelajaran matematika SD pada konsep bilangan loncat.
Pembelajaran bilangan loncat diawali dari pengenalan pola bilangan urut lalu mengacak bilangan dengan pola urutan dari kecil ke besar dan atau sebaliknya. Awalnya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan media jari tangan, namun terlihat bahwa siswa kurang memperhatikan karena seringnya pembelajaran matematika menggunakan jari, maka selanjutnya guru mengambil media congklak untuk materi bilangan loncat ini.
Penggunaan congklak pada penyampaian konsep bilangan loncat ini membuat siswa lebih aktif dalam menghitung, dan mengenal bilangan yang acak tersebut, misalnya pada awal permaian . Permainan dilakukan perkelompok setiap kelompok terdiri dari 4 -5 siswa, lalu masing-masing kelompok mengambil biji congklak sejumlah 10 biji. Dalam permainan ini, anggota kelompok bekerjasama dan berkompetensi. Satu anggota kelompok memegang dan memainkan, sedangkan satu anggota kelompok lainnya membacakan soal dan menulis jawabannya. Masing-masing kelompok mengambil kelereng untuk dimasukkan kedalam kolom yang ada di alat peraga congklak sesuai menurut soal.
Setelah permainan congklak diterapkan diperoleh hasil bahwa siswa cenderung lebih aktif dan menikmati pembelajaran matematika yang sedang diterapkan oleh guru, Ketika siswa diberikan pilihan untuk belajar dengan atau tanpa congklak ternyata siswa lebih memilih belajar sambal bermain congklak karena permainan ini terkesan unik dan baru bagi mereka. Padahal permainan congklak merupakan permainan tradisional asli dari jawa, namun demikian karena perkembangan jaman permainan ini seperti tidak terkenal di kalangan siswa-siswi sekolah dasar, tergantikan dengan gawai yang sedari dini dikenal oleh siswa.
Guru sebagai fasilitator dalam permainan congklak juga melihat bahwa keaktifan dan keingintahuan siswa meningkat ketika congklak digunakan sebagai media belajar, semangat guru dalam mengajar menggunakan media belajar meningkat kembali. (nov1/zal)
Guru SDN Mojosimo, Demak