30 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Meningkatkan Keterampilan Bercerita dengan Bermain Peran BonTa

Oleh : Weni Tri Sustiwi, S. Pd. AUD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kemampuan seorang anak dalam berbahasa menjadi sangat penting bagi perkembangan kecerdasan. Semakin banyak kosakata dan semakin rumit penggunaan kata-kata di dalam rangkaian sebuah kalimat dapat menunjukan kecerdasan seorang anak. Perkembangan bahasa akan meningkat sesuai dengan meningkatnya bahasa anak.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain. Dengan alat atau tanpa alat dalam bentuk pesan atau informasi untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan. Oleh karena itu, orang yang menyajikan cerita harus menyampaikan dengan menarik.

Menurut Wiryawan (2020: 1-27), metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada anak tentang berbagai masalah kehidupan yang didramatisasikan siswa di bawah pimpinan seorang guru. Djamarah (2020: 200) berpendapat metode sosiodrama merupakan cara mengajar dengan memberikan kesempatan anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.

Di Taman Kanak-kanak ABA Congkrang Muntilan Kabupaten Magelang diajarkan 5 lingkup perkembangan anak. Yaitu nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Namun realitanya lingkup perkembangan bahasa terutama dalam bercerita masih kurang maksimal. Masih banyak anak yang pasif/diam, malu-malu, takut dan belum berani mengungkapkan isi hati. Sehingga penulis tidak tahu apa isi hati anak. Dalam pemerolehan nilai harian, dari 20 anak tingkat ketercapaian dalam indikator bercerita sederhana tentang pengalaman anak baru tercapai 25 persen. Sementara 75 persen lainnya masih belum tercapai.

Dari permasalahan diatas, dibutuhkan solusi tepat untuk mengatasinya. Salah satu solusi yang digunakan penulis adalah mengajar dengan menggunakan metode bermain peran. Disini penulis menggunakan boneka tangan untuk merangsang anak agar bisa bercerita dengan temannya. Sedang teman yang lain memegang boneka tangan yang dipakaikan di tangannya. Sehingga secara tidak langsung mereka sudah melakukan dialog. Peran penulis sebagai fasilitator dan sebagai motivator saat anak-anak asyik bercerita sesuai dengan tokoh cerita.

Adapun pelaksanaannya adalah; 1) Penulis menjelaskan kegiatan pembelajaran bercerita; 2) Mempersiapkan bahan atau alat peraga; 3) Memberi contoh penggunaan bahasa melalui peragaan dengan boneka tangan; 4) Membimbing anak mencari dan mengucapkan kata-kata tertentu secara berulang-ulang; 5) Membimbing anak yang belum paham tentang konsep bahasa; 6) Menerangkan manfaat penggunaan bahasa kepada anak-anak; 7) Menerangkan cara bercerita dengan menggunakan boneka tangan sesuai dengan tokoh yang ada. Misalnya gajah, kelinci, monyet, atau tokoh lain; 8) Memberi kesempatan anak untuk praktek langsung cara penggunaan bahasa dengan boneka tangan.

Setelah dilakukan permainan konsep bahasa dengan alat peraga boneka tangan terjadi perubahan yang lebih baik. Terutama dalam hal anak menjadi berani maju dan mau bercerita dan bertanya jawab dengan teman/tokoh yang lain. Anak bisa memahami konsep bahasa sambil bermain boneka tangan. Anak menjadi lebih mandiri dan bersemangat ingin bercerita dengan alat peraga boneka tangan.

Ternyata dengan metode bermain peran menjadikan anak-anak di TK ABA Congkrang Muntilan Kabupaten Magelang sudah bisa mencapai nilai seperti yang diharapkan. Nilai anak sudah berkembang dengan bagus. Anak mampu dan terampil bercerita. Meningkatnya minat anak dalam melakukan komunikasi menggunakan bahasa lisan. Selain itu, anak sudah mengetahui kosa kata dengan baik. (rn2/fth)

Guru TK ABA Congkrang, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya