RADARSEMARANG.COM, Sampah dalam kehidupan sehari-hari selalu menjadi permasalahan yang unik dan tidak mudah untuk mengatasinya. Meskipun pemerindah sudah membuatkan perda tentang sampah. Bahkan pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) pun masih belum bisa mengurai permasalahan ini. Masih butuh tingkat kesadaran dan peran serta masyarakat untuk ambil bagian dalam permasalan ini.
Penulis mencoba ikut berperan serta dalam menyelesaikan masalah sampah dengan mengubah limbah sampah khususnya kain perca menjadi salah satu produk baru. Dan bisa menghasilkan pendapatan bagi yang mau mengembangkan. Namun perlu pemahaman terlebih dahulu, ada teori yang harus dipelajari untuk melakukan sesuatu itu, biar tidak ada kesan praktik tanpa teori itu ngawur.
Oleh karena itu penulis memberikan pandangan sebelum melakukan praktik atau mengubah barang limbah menjadi yang tiada harga menjadi barang yang berguna dan berharga.
Teori sebagai landasan untuk melangkah kesuatu kegiatan eksperimen atau praktik. Menurut Emory Cooper (dalam Umar, 2004: 50) teori adalah suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasi sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Littlejohn dan Karen Foss (2008) teori merupakan sebuah sistem konsep-konsep abstrak dan hubungan dari konsep yang membantu kita untuk memahami fenomena.
Limbah menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sudah dibuatkan aturan pun manusia tidak pernah menghiraukan masalah limbah. Dalam hal ini penulis guru prakarya SMPN 1 Kota Mungkid mencoba memberikan atau menawarkan salah satu solusi yang sering dihadapi oleh masyarakat awam.
Penulis memberikan sebuah ilustrasi tentang limbah kain perca dengan model pembelajaran EPSISALE yaitu Example, Praktik, Evaluasi dan Sale (penjualan).
Limbah menurut ahli adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya. Baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984).
Menurut Susilowarno (2007), pengertian limbah ini ialah sisa atau hasil sampingan dari kegiatan atau aktivitas manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Deden Abdurahman, limbah ialah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri atau juga domestik (rumah tangga), yang kehadirannya dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Kain perca menurut A. Hamidin (2012:12) kain perca merupakan kain yang menjadi limbah pabrik konveksi, atau dalam bahasa mudahnya kain sisa dari tempat-tempat atau pabrik yang memproduksi pakaian.
Di lingkungan kita sangat banyak konveksi maupun penjahit, sehingga sisa-sisa kain yang sudah tidak bisa digunakan untuk menjadi pakaian bisa digunakan untuk membuat karya dari kain perca itu seperti scrunchies atau tali rambut yang tidak perlu menggunakan kain yang lebar, cukup menggunakan kain yang kecil-kecil. Bhkan bisa disambung untuk kreasi yang lebih baik. Kain perca merupakan limbah tetapi limbah ini sangatlah bersih bahkan termasuk bahan yang baru. Sehingga apabila dibuat suatu kreasi atau hasil karya sangat bagus dan tidak terlihat seperti limbah.
Untuk itu penulis memberikan gambaran yang jelas, untuk suasana suka berkarya kepada siswa SMP N 1 Kota Mungkid terhadap limbah kain perca. Hasil karya limbah kain perca itu sangat mudah untuk dijual karena bahan bagus, kreativitas tinggi dan sangat bermanfaat.
Dengan metode ini (EPSISALE) ternyata peserta didik sangat tertarik untuk mengolah limbah menjadi suatu barang baru dan menghasilkan pendapatan tersendiri. Dan tentunya kegitan pembelajaran akan menjadikan peserta didik lebih asyik dan kreatif. (mk1/lis)
Guru SMP Negeri 1 Kota Mungkid, Kabupaten Magelang