RADARSEMARANG.COM, LINGKUNGAN sekitar merupakan media pembelajaran realita atau media yang nyata (real thing). Pemanfaatan media realita bisa dilaksanakan dengan melihat secara langsung (observasi) keadaan atau benda yang akan diobservasi. Hamalik (1986) yang dikutip dari Siti Amanah (2016) mengemukakan, pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan minat dan keinginan siswa yang baru, memberikan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar mengajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Di tingkat sebelas, mata pelajaran (mapel) bahasa Inggris ada kompetensi dasar Cause and Effect Relationship, yang menekankan pada kemampuan menulis tentang hubungan sebab akibat. Sebagian besar siswa SMAN 8 Purworejo merasa sulit mendapatkan idea apa yang akan ditulisnya. Mereka kurang termotivasi, sehingga pembelajaran menulis menjadi tidak menarik. Dengan media lingkungan sekitar dan peta konsep sederhana dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kegiatan ini memerlukan beberapa tahapan, setidaknya minimal tiga kali pertemuan.
Tahap pertama, dilakukan pada minggu pertama untuk mempelajari kompetensi dasar tersebut. Pada tahap ini, guru memberikan teori tentang Cause and Effect Relationship. Teori ini meliputi Social Function, Language Structure, dan Language Feature. Ketika mempelajari teori, penulis lebih senang menggunakan presentasi sederhana oleh siswa.
Presentasi ini harus sudah diberitahukan kepada siswa pada pertemuan sebelumnya sehingga siswa lebih siap. Kegiatan ini memberikan dampak positif, yaitu siswa lebih siap karena telah belajar sebelumnya, meningkatkan kemampuan siswa berbicara di depan kelas baik dengan bahasa Inggris maupun campuran dengan bahasa Indonesia. Bagi guru, hal ini bisa jadi point plus dalam mengetahui kemampuan siswanya. Akhir dari presentasi oleh beberapa siswa adalah penguatan (reinforcement) oleh guru.
Tahap kedua, masih termasuk dalam minggu pertama yang diajarkan setelah presentasi oleh siswa. Yaitu membuat peta konsep sederhana. Trianto (2013) menyatakan, peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama.
Tahap ini hanya memerlukan waktu sedikit, karena peta konsep bukanlah hal yang asing bagi siswa saat ini. Untuk melaksanakan kegiatan inti menulis pada minggu berikutnya, pastikan guru tidak lupa untuk mengingatkan siswanya membawa kamus. Karena kamus sangat membantu siswa dalam menulis. Jangan sampai siswa stuck (kehilangan ide) tidak ada peningkatan ketika dia terbentur dengan sebuah kata yang membawa kesulitan baginya.
Tahap ketiga, ini adalah tahap inti. Siswa akan berlatih menulis dengan teori yang telah mereka kuasai minggu sebelumnya. Guru memberikan instruksi, yaitu siswa akan diberikan waktu tertentu untuk keluar di lingkungan sekitar sekolah, mengamati lingkungan sekitar yang menghasilkan ide untuk menulis dengan tema Cause And Effect Relationship.
Setelah mendapat ide, siswa diminta membuat peta konsep. Setelah itu, mengembangkannya ke dalam tulisan. Sebagai contoh, siswa, setelah melalui pengamatan, menemukan sisa sampah yang dibakar (burning waste) di halaman belakang sebagai cause-nya yang tergambar sebagai akar pohon. Kemudian dia akan memikirkan ranting–rantingnya sebagai effect-nya dalam peta konsep. Misalnya unhealthy environment, respiratory problem, low concentration in studying, dan lainnya. Setelah lengkap peta konsepnya, siswa akan mengembangkannya dalam paragraph.
Tahap keempat, ada pada pertemuan ketiga. Bisa dilakukan bisa tidak tergantung alokasi waktu yang tersedia. Pada tahap ini, siswa mempresentasikan hasil karyanya kepada teman–temannya di depan kelas. Jika waktu tidak cukup, guru bisa memilih beberapa sisa tulisan siswa yang bagus untuk ditempel di papan tempel kelas sebagai penghargaan.
Jika waktu yang dialokasikan tidak banyak, maka kegiatan pengamatan bisa dilakukan di lingkungan siswa masing–masing dan digunakan sebagai tugas. Hal ini memungkinkan hasil tulisan siswa lebih variatif, karena lingkup pengamatan lebih luas.
Dengan media lingkungan hidup, siswa lebih tertarik, merasa percaya diri ketika harus presentasi, merasa senang karena belajar di luar kelas, terpenting tulisan yang mereka hasilkan jauh lebih baik dan lebih menarik untuk dibaca. (p8.2/ida)
Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 8 Purworejo