RADARSEMARANG.COM, Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia. Dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku. Seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain (R Festiawan, 2020).
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik adalah kemampuan membaca. Membaca adalah suatu kegiatan yang bersifat kompleks, karena dalam kegiatan membaca melibatkan aktivitas fisik seperti ketajaman penglihatan dan gerak mata dan juga melibatkan aktivitas mental yang meliputi pemahaman dan ingatan (Kania M & Elsa F, 2019).
Dengan membaca, peserta didik akan lebih mudah menyerap berbagi ilmu yang ada di sekitarnya. Namun tidak setiap peserta didik mudah dalam belajar membaca. Ada beberapa peserta didik yang mengalami lambat membaca. Seperti yang penulis alami di kelas 3 yang penulis ampu. Ada 3 peserta didik dari 17 peserta didik yang belum lancar membaca. Mereka sudah hafal huruf, tetapi kesuliatan merangkai huruf menjadi kata. Untuk membantu agar lancar membaca, penulis menggunakan teknik membaca tanpa mengeja.
Membaca tanpa mengeja adalah suatu metode membaca tanpa memperkenalkan huruf dan bunyinya, tetapi langsung pada suku kata menjadi kata dengan cara pembelajarannya dilakukan secara berulang-ulang dan secara bertahap (Indah Maryani, 2021). Setiap hari penulis mengajak ketiga peserta didik yang mengalami keterlambatan membaca tersebut, untuk membaca tanpa mengeja satu per satu.
Langkah-langkah belajar membaca tanpa mengeja yang penulis laksanakan adalah pertama, peserta didik membaca persuku kata secara berulang-ulang agar peserta didik mengingatnya. Dimulai dari suku kata dengan huruf konsonan yang diikuti dengan huruf vokal a. Misalnya ba,ca,da,fa…dan seterusnya.
Jika peserta didik sudah hafal, peserta didik selanjutnya menghafalkan huruf konsonan yang diikuti huruf vokal i, u, e dan o.
Kedua, peserta didik dibimbing membaca suku kata yang terdiri dari huruf konsonan dan huruf vokal a. Misalnya ba-ca, da-fa, ca-ca, da-da, ga-la,ba-la dan sebagainya. Setelah dibaca bersama penulis dan peserta didik, penulis membiarkan peserta didik membaca kata tersebut secara berulang-ulang tanpa dibimbing,sampai mereka hafal dan lancar.
Setelah lancar, peserta didik dibimbing lagi untuk membaca suku kata dari huruf konsonan yang diikuti huruf vokal lainnya (i,u,e,o). Ketiga, membaca suku kata bervariasi. Peserta didik dibimbing membaca kata dengan suku kata bervariasi, misalnya be-li, ci-ca,da-ki,bo-la, ca-ri dan sebagainya. Setelah beberpa kali peserta didik membaca dengan dibimbing, setelah itu peserta didik mencoba membaca sendiri berulang-ulang hingga lancar.
Keempat, setelah peserta didik menguasai tahap satu sampai tahap tiga, seterusnya peserta didik dilatih membaca kata secara utuh. Pelan namun pasti peserta didik dibimbing membaca kata utuh yang dimulai dari kata yang terdiri dari dua suku kata, kemudian kata dengan lebih dari tiga suku kata dan kata yang diakhiri dengan huruf konsonan. Misalnya baru, cari, sepatu, lemari, sakit, sabuk dan sebagainya. Kelima, mengenalkan kata yang mengandung suku kata “ng dan ny”. Misalnya : yang, senang, nyanyi, nyamuk dan sebagainya.
Proses belajar membaca tanpa mengeja berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar. Dibutuhkan ketelatenan dan ketekunan dari guru dan peserta didik.
Ketiga peserta didik di kelas yang penulis ampu sampai saat ini masih berproses dalam belajar membaca. Kegiatan membaca dilaksanakan setelah jam pelajaran selesai, hanya diikuti oleh ketiga peserta didik tersebut.
Kegiatan tersebut tentunya dengan sepengetahuan orang tua peserta didik, yang juga dilibatkan dalam proses meningkatkan kemampuan membaca anaknya. Dengan mendampingi dan memotivasi anak mereka untuk belajar membaca di rumah. Penulis yakin proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. (pb2/lis)
Guru Kelas 3 SDN 1 Kaliori, Kec. Karanganyar, Kabupaten Purbalingga