RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Kegiatan pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi siswa.
Menurut Djamarah dan Zain (2010) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman yang dialami.
Ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan. Serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan praktik yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran meliputi keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan karya terbaik yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori
Pembelajaran IPA tidak menuntut hafalan, tetapi pembelajaran yang banyak memberikan latihan untuk mengembangkan cara berpikir yang sehat dan masuk akal. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang mengacu ke arah pemecahan masalah aktual yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mengajar harus dapat menciptakan suasana yang menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang secara dinamis ke arah positif. Oleh karena diperlukan pemilihan metode yang tepat.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA harus dapat menunjang keterampilan proses. Berbagai upaya telah dilakukan guru, namun minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Montongsari, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal tentang manfaat tumbuhan masih rendah, sehingga berimbas pada hasil belajar. Dari kondisi itulah, guru meminta siswa untuk melakukan pembelajaran melalui praktik langsung membuat obat herbal. Siswa memanfaatkan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar untuk menggali kemampuannya, mengembangkan imajinasi seluas-luasnya, dan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
Dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan suatu praktik atau percobaan sehingga siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya. Melalui praktik, siswa akan terlatih untuk berpikir secara ilmiah dan mandiri.
Salah satu siswa yang bernama Ais Fradea Kamila, mempresentasikan hasil karya obat penurun panas dengan memanfaatkan daun seledri yang sudah dikemas menjadi video. Langkah awal yang dilakukannya adalah dengan mencuci daun seledri terlebih dahulu sebelum ditumbuk. Setelah halus, kemudian diambil airnya dengan menggunakan saringan plastik. Setelah air saringan daun seledri terkumpul, langkah terakhir adalah memberikan madu, air hangat dan mengaduknya sampai rata.
Selain rasanya enak, obat tradisional ini ternyata sudah banyak yang memanfaatkanya. Dari hasil praktik tersebut sangat menginspirasi siswa lain untuk menghasilkan karya yang lebih inovatif dengan memanfaatkan tumbuhan.
Hasil pembelajaran menunjukkan bahwa melalui praktik, siswa mampu memanfaatkan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar rumah dan sekolah sebagai obat yang bermanfaat bagi manusia. Selain itu siswa juga dapat menyajikan objek secara langsung dan mempertunjukan prosesnya.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan materi pembelajaran. Melalui praktik siswa dapat dengan mudah menemukan dan membangun konstruksi pengetahuan baru untuk mengembangkan kemampuannya. (ips2/lis)
Guru SDN 1 Montongsari, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal