RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran IPA saat ini masih jauh dari harapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu pembelajaran yang mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak. Kenyataan pembelajaran IPA yang dialami selama ini lebih menekankan pada penguasaan konsep dan fakta, yang menyebabkan kemampuan belajar peserta didik menjadi terhambat. Peserta didik cenderung menjadi siswa yang pasif, sehingga pembelajaran yang mendidik,mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak kurang optimal.
Permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas VIA di SDN Srondol Wetan 03 Kota Semarang khususnya materi mengidentifikasi sifat-sifat magnet dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan refleksi bersama tim kolaborasi, diperoleh data bahwa penjelasan guru yang masih aktif menggunakan metode ceramah, masih kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan praktikum yang berdampak siswa kurang berminat dalam pembelajaran IPA.
Penyajian materi yang disampaikan guru masih bersifat langsung berupa fakta, konsep, teori pada siswa menyebabkan siswa belum mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui kegiatan penemuan, yang menyebabkan siswa kurang kreatif dalam menyusun pengetahuan yang dimilikinya. Guru juga kurang optimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang sudah cukup tersedia di sekolah. Sehingga berdampak pada aktivitas siswa yaitu kurangnya minat siswa dalam pembelajaran IPA, keaktifan siswa kurang dang cenderung pasif, dan siswa cepat merasa bosan dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Hasil belajar pokok bahasan tersebut diperoleh data dari 40 siswa, hanya 25 siswa (62,5%) yang berhasil memenuhi kriteria ketuntasan belajar dengan standar KKM sebesar 75. Penurunan kualitas pembelajaran IPA materi mengidentifikasi sifat-sifat magnet dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi di kelas VIA SDN Srondol Wetan 03 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang menjadi catatan penting untuk segera diperbaiki.
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation berbantuan media auido visual. Model pembelajaran Group Investigation atau investigasti kelompok menurut S. Sharan (2014:130) adalah penyelidikan dalam kelompok yang meminta siswa untuk menggunakan semua keterampilan interpersonal dan keterampilan meneliti yang berlaku dalam metode pembelajaran kooperatif yang lain dan untuk merencanakan tujuan pembelajaran spesifik.
Dalam pembelajaran model Group Investigation siswa juga bekerja sama dalam menjalankan penyelidikan mereka, merencanakan bagaimana cara mengintegrasikan dan menyajikan temuan-temuan mereka, serta bersama guru mengevaluasi upaya akademis dan interpersonal mereka.
Menurut Slavin dalam (1995), sintak dari model Group Investigation berbantuan media audio visual terdiri dari 6 tahapan. Langkah pertama, yaitu pengelompokan (grouping), yaitu tahap mengidentifikasi topik dan mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok investigasi. Selanjutnya perencanaan (planning), yaitu tahap pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. Ketiga, penyelidikan (investigating), yaitu tahap pelaksanaan penyelidikan. Lalu, pengorganisasian (organizing), yaitu tahap persiapan laporan. Kelima, Presentasi (presenting), yaitu tahap penyajian laporan akhir.
Terakhir evaluasi (evaluating), yaitu penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran ini juga membantu siswa agar lebih senang dan aktif dengan tayangan gambar serta suara yang menarik dan memusahkan memahami konsep pembelajaran.
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan metode tersebut diperoleh peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam mengidentidikasi sifat-sifat magnet yang dikaitkan kehidupan sehari-hari di kelas VIA SDN Srondol Wetan 03 meningkat. Nilai rata-rata hasil belajar 85 dengan ketuntasan 92,5% telah memenuhi kriteria yaitu ≥ 85% tuntas secara klasikal. (fkp2/ton)
Guru SDN Srondol Wetan 03, Banyumanik, Kota Semarang