26 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Partisipasi Siswa dalam KBM Meningkat melalui KUA-KUA

Oleh: Doto, S.E., M.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Begitu juga dengan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai seoptimal mungkin. Tim penyusun Kamus (1996) menyatakan partisipasi siswa berarti keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan perilaku fisik dan psikisnya. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses pembelajaran.

Pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran dilakukan dengan daring. Pembelajaran online di SMA Negeri 1 Muntilan dilakukan dengan LMS Schoology. Dengan LMS ini, guru bisa mendesain pembelajaran sesuai kebutuhan. Pembelajaran di LMS Schoology bisa dikelola sebagaimana pembelajaran tatap muka.

Guru bisa memasukan kuis, menambahkah file dalam bentuk MS Word, Salindia atau media lainnya, bisa menambahkan tautan, menambahkan ruang diskusi dan sebagainya. Pengalamanan membuktikan partisipasi siswa masih rendah. Jika pembelajaran menuntut siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru atau siswa lain, hanya beberapa siswa yang aktif.

Siswa lainnya cenderung pasif. Mungkin hal ini disebabkan oleh kebosanan mereka dengan pembelajaran online yang sudah berlangsung lama, sementara secara mental mereka belum siap.

Jerrold dalam Sukmadinata (2004) berpendapat partisipasi tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai hal. Di antaranya keaktifan siswa di dalam kelas, misalnya aktif mengikuti pelajaran, memahami penjelasan guru, bertanya kepada guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru dan sebagainya.

Kepatuhan terhadap norma belajar, misalnya mengerjakan tugas sesuai dengan perintah guru, datang tepat waktu, memakai pakaian sesuai dengan ketentuan, dan sebagainya.

Untuk mengatasi kekurangaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana tersebut di atas, dapat dilakukan dengan model KUA-KUA. KUA yang awal merupakan akronim dari kuis awal. KUA yang kedua, singkatan dari kuis akhir. Kuis awal diberikan di awal KBM. Kuis akhir diberikan sebagai penutup KBM.

Kuis awal berisi tentang materi pembelajaran sebelumnya. Kuis bisa berupa soal true-false, multiple choices, ataupun esai. Soal cukup berjumlah 3-5. Kuis kecil ini untuk mengukur kemampuan pemahaman materi terdahulu. Dengan adanya kuis ini maka siswa akan berusaha untuk mempelajari materi terdahulu sebelum memulai KBM.

Kuis ini sebaiknya di-setting hanya bisa dikerjakan pada 5-10 menit awal KBM. Sehingga anak akan mengawali KBM tepat waktu. Misal mapel ekonomi terjadwal pada pukul 08.00-09.00 WIB, maka kuis awal ini hanya bisa dikerjakan antara pukul 08.00 sampai pukul 08.10 WIB. Pemberitahuan tentang waktu mengerjakan disampaikan pada folder petunjuk pembelajaran.

Kuis akhir berisi tentang soal yang menyangkut materi pembelajaran hari berjalan. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa belajar dengan seksama pada pembelajaran hari berjalan.

Mereka berusaha mencari tahu tentang materi pembelajaran dengan bertanya dalam forum diskusi, mencermati materi yang disampaikan guru pada file yang ditempelkan pada aplikasi maupun memahami tautan materi yang di-embed-kan. Kuis akhir bisa didesain sama persis dengan kuis awal dalam hal jumlah dan bentuk soal.

Kuis akhir dijadwalkan untuk dikerjakan pada 5-10 menit akhir KBM. Dalam contoh KBM ekonomi seperti jadwal di atas maka kuis akhir ini disetting untuk dikerjakan pada pukul 08.50 sampai dengan 09.00 WIB.

Model KUA-KUA telah terbukti efektif meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Muntilan. Partisipasi siswa terlihat jelas pada persentase pengerjaan kuis yang tinggi. Hal ini terjadi karena kuis yang sama bisa dikerjakan oleh semua siswa.

Berbeda dengan partisipasi dalam diskusi. Satu pertanyaan bisa jadi hanya membutuhkan keterlibatan tiga sampai lima siswa. Bahkan bisa jadi hanya butuh partisipasi dari seorang siswa, jika ia bisa menjawab dengan benar pada kesempatan pertama.

Di samping itu, siswa lain yang tidak aktif bisa beralasan bahwa mereka telah mengikuti dan memantau jalannya diskusi.

Dalam hal ini guru sulit untuk memperoleh bukti partisipasi. Model KUA-KUA bisa saja diterapkan di sekolah lain dengan sistem pembelajaran daring yang berbeda. Tentunya dengan melakukan penyesuaian menurut kebutuhan. (nov2/lis)

Guru Ekonomi SMAN Muntilan, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya