RADARSEMARANG.COM, Kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat dalam mengajar merupakan tuntutan guru. Karena apabila metode pembelajaran yang digunakan guru itu tepat maka pencapaian tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Sehingga nilai ketuntasan belajar siswa akan meningkat, minat dan motivasi belajar siswa juga akan meningkat serta akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan (Surjono dan Wulandari, 2013).
Menurut Khosim (2017:5), metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam praktik pendidikan modern, menjejali pikiran para mahasiswa dengan berbagai konsep dan teori saja tanpa disertai pengalaman di lapangan terbukti kurang efektif (Saleh, 2013).
Salah satu materi mata pelajaran Sosiologi kelas X IPS di SMA Negeri 1 Ngluwar pada semester gasal adalah tentang “Ragam Gejala Sosial di Masyarakat”. Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok (Gulo, 2010).
Durkheim berpendapat, gejala sosial harus dipahami sebagai fakta objektif di luar kehidupan subjektif individu. Gejala sosial antara lain mencakup gejala ekonomi, gejala politik, gejala budaya, dan gejala moral.
Menurut pengalaman penulis, selama mengajar materi ini ketika mengajar dengan metode pembelajaran ceramah (konvensional) dan pembelajaran materi hanya dilakukan di kelas saja, maka ketuntasan peserta didik terhadap materi ini tergolong rendah dan banyak peserta yang tidak tuntas.
Tingkat ketuntasan peserta didik kelas X IPS secara keseluruhan terhadap materi ini hanya sekitar 60 persen. Hal ini tentu saja sangat jauh dari harapan yang penulis inginkan. Terkait dengan hal itu, penulis berusaha menerapkan metode pembelajaran yang lebih cocok yaitu dengan melalui metode observasi langsung di lapangan.
Metode observasi menurut Hadi dan Nurkancana (dalam Suerdeyasasri, 2010) adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati.
Pada tahap awal, penulis memperkenalkan materi ini dengan terlebih dahulu menjelaskan konsep gejala sosial melalui power point serta beberapa gambar yang terkait dengan materi gejala sosial.
Untuk memperdalam materi, penulis memberi tugas kepada peserta didik mengamati secara langsung fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya. Yaitu keberadaan manusia silver dan anak-anak punk yang ada di jalanan. Fenomena manusia silver dan keberadaan anak-anak punk di Kabupaten Magelang, dianggap penulis sangat cocok untuk menggambarkan gejala sosial di masyarakat.
Penulis memberi keleluasaan kepada peserta didik memilih salah satu dari fenomena yang ada tersebut. Setelah itu peserta didik diberi kesempatan mengamati secara langsung di lapangan. Selama melakukan pengamatan peserta didik juga diperbolehkan mengambil gambar maupun video terkait fenomena gejala sosial tersebut.
Setelah melakukan pengamatan, diharapkan mereka mampu menjelaskan keterkaitannya dengan gejala sosial lalu menganalisis fenomena tersebut dan membuat laporan. Setelah laporan disusun, peserta didik diberi kesempatan mempresentasikan di depan kelas atau melalui video bagi yang sedang pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Pemilihan model pembelajaran melalui pengamatan langsung di lapangan atau di luar kelas (out door study) dilakukan oleh penulis karena dinilai memiliki kelebihan. Antara lain, pertama, peserta didik bisa mengamati langsung kejadian yang ada di sekitarnya. Kedua, peserta didik bisa terlibat langsung dan bisa menerapkan materi yang diterima di kelas dengan mengamati fenomena di lapangan (di luar kelas). Ketiga, peserta didik bisa mengeskplore kemampuannya dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Hal ini senada dengan pendapat Johnson yang mengatakan pembelajaran melalui observasi lebih efektif karena peserta didik mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Sehingga lebih mudah diingat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah dilakukan penilaian, hasil pembelajaran dengan metode ini ternyata sangat efektif baik dari sisi aspek pengetahuan maupun keterampilan peserta didik. Ketuntasan nilai KKM kelas X IPS sebesar 73 sangat mudah terlampaui dan mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Ketuntasan belajar peserta didik mencapai 94 persen dengan nilai rata-rata mencapai 88. Hal ini sangat berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya dimana untuk mencapai ketuntasan minimal cukup sulit.
Keberhasilan metode ini juga terlihat pada minat peserta didik pada proses pembelajaran lebih meningkat, lebih bersemangat, suasana kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
Peserta didik yang semula tergolong pasif menjadi lebih aktif karena mereka sangat antusias berdiskusi dan menceritakan pengalamannya selama proses observasi. Bahkan hasil analisis mereka terhadap fenomena yang terjadi di lapangan sangat tajam, beragam dan membuat penulis juga semakin bersemangat.
Pengalaman peserta didik yang beragam saat observasi juga mampu memperkaya khasanah berpikir dan pengetahuan di kelas. Karena mereka diberi kebebasan untuk menganalisis fenomena yang ada dari sudut pandang yang berbeda.
Pada akhirnya keberhasilan metode observasi lapangan ini meningkat tinggi karena dinilai lebih kontekstual dan memberikan pengalaman konkret pada peserta didik karena dapat mengamati objek secara langsung. Selanjutnya penerapan model pembelajaran ini akan menjadi lebih efektif ketika pelaksanaannya sesuai materi yang dipelajari dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. (mn1/lis)
Guru Sosiologi SMAN 1 Ngluwar, Kabupaten Magelang