25.1 C
Semarang
Saturday, 21 June 2025

Pengalaman Terbaik “Best Practice” Siswa sebagai Pelaku Usaha, Implementasi Kewirausahaan

Oleh : Farida Arifah, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pengalaman terbaik “best practice“ siswa pelaku usaha ini dilatarbelakangi oleh kegiatan Kampt Kreatif Guru dan Siswa (KKGS) Bidang Sekolah Pencetak Wirauasaha (SPW). Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memiliki keterampilan melalui praktik usaha siswa, didorong melakukan praktik wirausaha secara langsung (Kemdikbud, 2021).

Program Sekolah Pencetak Wirausaha adalah sinergi antara PSMK, SEAMEO, SEAMOLEK dengan pengembangan pembelajaran berdasarkan praktik usaha berbasis omzet pemasaran. Program SPW ini untuk mengintegrasikan konsep bekerja, melanjutkan studi, dan wirausaha. Serta menjadi praktik nyata dari mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Selain itu program SPW ini bertujuan untuk menciptakan jiwa wirausaha muda yang memiliki skill berkompeten di bidangnya (Kemendikbud, 2018).

Pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKKwu) di SMK Negeri 1 Salam mengajarkan bukan saja secara teori tetapi penekanan lebih ke praktik berwirausaha langsung. Mulai kelas XI dan kelas XII di kurikulum sudah memasukkan mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKKwu). Pengalaman siswa yang melaksanakan bisnis merupakan pengalaman yang menyenangkan sekaligus memberikan motivasi juga income/omzet pemasaran.

Pada kelompok kecil di mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan ini, penulis sebagai guru mapel PKKwu memberikan tugas kepada siswa untuk belajar berwirausaha, dengan tekad dan motivasi yang tinggi dan modal yang tidak terlalu besar. Awalnya siswa menganggap sebagai keterpakasaan dan keharusan dengan tugas mapel PKKwu. Tetapi kemudian justru siswa merasa nyaman dan menyukai usaha ini. Berikut ini contoh 2 siswa yang telah berwirausaha.

Khusnul Khotimah, 17 tahun, siswi kelas XII Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (XII APHP 3) menceritakan pengalaman terbaiknya dengan akun sosmed “Youku Collection.“
Pada awalnya ia belum pernah mencoba usaha apapun. Untuk memulai langkah awal, ia membeli beberapa produk hijab yang dipikirnya mempunyai peluang besar karena model hijab ini sedang hits di masa sekarang. Ia mencoba mempromosikan di WhatsApp. Awalnya ia merasa malu untuk berpromosi di media sosial. Memulai untuk memberanikan melangkah maju, baru setelah itu berproses dan dapat menuai hasilnya. Jika kita takut untuk memulai langkah awal, tidak akan pernah tahu hasil di depan sana.

Sedangkan Eka Putri Lestari, 16 tahun, siswi kelas XII Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (XII APHP 3) menceritakan pengalaman terbaiknya dengan akun sosmed “Kaput Donut.“
Banyak hal yang dilalui saat akan memulai usaha lagi, apalagi korona tengah marak membuat banyak perubahan. Sekolah online, interaksi berkurang, pula pundi rupiah semakin sulit didapat. Hingga saatnya ia memberanikan diri aktif berjualan buah melalui media WhatsApp, menawarkan pada guru di sekolah serta tetangganya.

Menjual hasil pertanian dari panen sendiri, hingga akhirnya sampai mampu mengumpulkan modal untuk mencoba membuat donat. Sampai sekarang usaha yang digelutinya masih berjalan dengan dorongan orang tua dan guru yang terus memotivasi. Walaupun omzet per bulan tidak menentu, tetapi ia sangat senang menjalankan usaha ini. Eka percaya, saat kita menyukai usaha, maka usaha itu tidak akan mengkhianati kita, tentu saja dengan terus berdoa dan berusaha memperbaiki diri.

Dari pengalaman terbaik tersebut dapat disimpulkan bahwa berwirausaha akan berhasil dengan ketekunan dan kerja keras, serta motivasi yang tinggi. Harapan dari mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan untuk membekali siswa berwirausaha akan terwujud, menciptakan generasi yang tangguh dan mampu bersaing dengan dunia luar. Hal ini telah diterapkan d SMK Negeri 1 Salam. (ms1/lis)

Guru Mapel PKKWu SMKN 1 Salam, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya