28 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Penerapan Model Kooperatif NHT pada Materi Fungsi Kuadrat

Oleh : Erwin Wijayanti,S. Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Setiap guru pasti ingin memperoleh keberhasilan dalam proses pembelajaran yang diampu. Pengalaman beberapa tahun yang penulis alami, sebagai guru di SMP N 1 Doro, pada pembelajaran matematika kelas 9, KD 3.3, yaitu “Menjelaskan fungsi kuadrat dengan menggunakan tabel, persamaan, dan grafik” memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal tersebut ditunjukkan dengan belum tercapainya ketuntasan klasikal.

Fungsi kuadrat adalah suatu fungsi yang berbentuk y=ax2+bx+c ,dengan a≠0,x,yϵR. Tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu mengidentifikasi pengertian fungsi kuadrat dan menyajikan fungsi kuadrat menggunakan tabel, persamaan, dan grafik. Dalam menggambar grafik, siswa harus mengetahui langkah-langkahnya.

Langkah-langkah menggambar grafik kuadrat, yaitu: 1) menentukan bentuk parabola (terbuka keatas atau kebawah); 2) menentukan titik potong dengan sumbu-x (dimana y=0); 3) menentukan titik potong sumbu-y (dimana x=0); 4) menentukan sumbu simetri dan nilai optimum dari grafik fungsi; 5) mensketsa grafik sesuai dengan hasil dari langkah 1-4.

Tidak semua anak mampu menerima dan memahami secara langsung suatu pengetahuan karena tingkat kemampuan yang berbeda-beda.Peran guru dalam mengelola kelas harus memilih model yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Melihat tingkat kesulitan anak-anak untuk memahami sendiri maka tentunya dibutuhkan proses kerja sama antar siswa sebagai bagian dari kooperatif learning atau pembelajaran kooperatif.

Menurut Bobbi De Porter (2001) siswa akan belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama. Belajar yang menekankan kerja sama diantara sesama siswa dalam suatu komunikasi belajar dapat lebih menggairahkan.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil dan diarahkan mempelajari materi pelajaran yang ditentukan.

Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan belajar. Salah satu model kooperatif yang dapat membantu siswa untuk memahami materi berdasarkan beberapa penelitian yaitu Model NHT (Numbered Head Together).

Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006 : 12).

Menurut Anita Lie (2002) prosedur Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang dipanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok.

Langkah-langkah kegiatan Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut; 1) Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki KD yang akan dibahas; 2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3) Guru menjelaskan materi pelajaran hari ini dengan menjelaskan langkah kerja model pembelajaran kooperatif tipe NHT; 4)Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor; 5) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 6) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya; 7) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka; 8) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain; 9) Guru memberikan kesimpulan dan penjelasan atas pertanyaan dari jawaban yang disampaikan siswa.; 11)Pemberian evaluasi, dapat berupa penilaian secara lisan dan tulisan.

Pembelajaran dengan model NHT, ternyata membuat siswa lebih termotivasi, bergairah untuk menguasai materi serta memiliki tanggung jawab individu. Penguasaan kompetensi tetap ditekankan kompetensi individu, walaupun melalui kerja kelompok. Karena didalamnya terdapat proses pemberian jawaban yang diungkapkan setiap individu yang nomornya terpanggil oleh guru.

Sehingga siswa tidak bisa saling bergantung kepada anggotanya Dari hasil penilaian harian, diperoleh ketuntasan klasikal 88 %. Hal tersebut menunjukkan kompetensi siswa bagus dan prestasi hasil belajar tinggi. (pb1/fth)

Guru Matematika SMP N 1 Doro, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya