25 C
Semarang
Tuesday, 24 December 2024

Implementasi Merdeka Belajar saat Pandemi Covid-19

Oleh: Antonius Widodo, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MERDEKA Belajar merupakan program kebijakan baru Kemendikbud RI yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan.

Pasalnya, penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya menduduki posisi ke74 dari 79 Negara untuk bidang matematika dan literasi.

Menyikapi hal itu, Nadiem membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum, meliputi literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi bukan hanya mengukur kemampuan membaca, namun kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata.

Saat ini, pembelajaran berubah dari yang awalnya di dalam kelas menjadi di luar kelas. Peserta didik diarahkan “melewati” batasan formal sekolah di kelas, menghadap papan tulis, dan memegang buku.

Pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar outing class tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja.

Pandemi COVID-19 yang melanda negeri membawa dampak yang luar biasa terhadap berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Sistem pendidikan pun berubah drastis dari pembelajaran tatap muka diganti dengan online.

Implikasinya, peserta didik harus beradaptasi dengan situasi belajar dengan model baru ini. Hal ini tentunya berdampak besar pada perkembangan pendidikan anak, yang saat ini dituntut untuk belajar mandiri, belajar secara daring (dalam jaringan).

Dampak negatif yang muncul akibat belajar secara daring akan berimbas pada peserta didik, guru maupun wali siswa. Dampak yang dirasakan peserta didik adalah materi pembelajaran atau kompetensi yang dicapai lebih sedikit dari pembelajaran tatap muka.

Sehingga yang biasanya bersosialisasi langsung menjadi kurang, demikian ini menjadikan kejenuhan anak untuk belajar. Jika kondisi ini terus terjadi motivasi belajar lama-lama akan menurun. Salah satu dampak positif pembelajaran daring adalah kebebasan anak untuk belajar mandiri sesuai amanat Mas Mentri melalui program Merdeka Belajar.

Peserta didik diharapkan mandiri dan lebih aktif belajar bukan hanya mengandalkan materi yang telah diberikan oleh guru saja tetapi juga dari sumber lain. Belajar tanpa bimbingan langsung dari pendidik membuat peserta didik secara mandiri mencari informasi mengenai materi dan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.

Dengan demikian, kemerdekaan dalam belajar diperlukan. Mereka perlu diberi kebebasan dalam berinovasi, tidak terpaku pada aturan-aturan yang mengikat dan mengekang pikiran kritis.

Mereka bebas bereksplorasi sehingga dapat wawasan baru, yang diperoleh baik dari guru ataupun dari sekitar lingkungan. Karakter siswa terbentuk dan berkompeten itu yang menjadi tujuan dari merdeka dalam belajar.

Implementasi Merdeka Belajar sudah penulis terapkan di kelas 4 SDN Pandean 2 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, Bentuk kegiatannya adalah dengan membiasakan peserta didik untuk menulis catatan harian mengenai kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari semasa pembelajaran daring.

Selama satu bulan, hasil menulis tersebut diserahkan guru dalam bentuk laporan karya tulis (karya sastra). Laporan karya tulis tersebut nantinya digunakan sebagai syarat untuk melengkapi nilai raport.

Dengan kegiatan menulis, siswa dapat meningkatkan pengembangan kecerdasan dalam berbagai aspek, mengembangkan daya inisiatif, kreativitas, serta menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan serta kemampuan siswa dalam mengumpulkan informasi.

Dengan pembiasaan tersebut siswa mengeksplorasi kemampuan dirinya untuk menghasilkan karya sastra. Guru harus menjadi sumber inspirasi bagi anak didiknya dengan menghasilkan karya sastra sehingga memicu siswa menjadi tertarik dan pencapain tujuan pembelajaran menulis karya sastra berhasil. (pr1/zal)

Guru SDN Pandean 2, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya