RADARSEMARANG.COM, Sandiwara Tradisional Jawa merupakan sandiwara yang menggunakan ragam bahasa Jawa ngoko dan krama. Sandiwara tradisional mempunyai unsur-unsur intrinsik dalam cerita yaitu tema, tokoh, setting, alur, dan amanat.
Sandiwara Tradisional bagi generasi muda di zaman sekarang terasa asing dan kurang diminati. Generasi muda sekarang lebih familiar dengan cerita-cerita drama yang berasal dari luar negeri. Padahal banyak nilai-nilai luhur yang bisa diteladani dari cerita-cerita Sandiwara Tradisional Jawa.
Di dalam mata pelajaran bahasa Jawa SMP kelas IX terdapat materi tentang Sandiwara Jawa yaitu pada kompetensi dasar 3.3 menelaah Naskah Sandiwara dengan cerita “Ranggalawe Gugur” serta kompetensi dasar 3.4 menulis dan menyajikan naskah sandiwara. Penulis sekaligus guru bahasa Jawa kelas VI SMP Negeri 7 Pemalang menerapkan metode pembelajaran bermain peran (role playing) untuk menyampaikan materi tersebut.
Penulis menganggap metode bermain peran sangat cocok diterapkan untuk pembelajaran tentang cerita-cerita Sandiwara Jawa. Menurut Corsini (dalam Tatiek 2001:99) metode bermain peran adalah suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antarmanusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Sedangkan menurut Menurut Lilis Suryani (2008:109), bermain peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian yang masa kini yang penting, atau situasi imajinatif.
Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran untuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengan karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan. Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktikan pelajaran yang baru.
Langkah-langkah pembelajaran yang penulis terapkan sebagai berikut, pertama, pada hari sebelumnya guru telah membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan lima orang dan menyampaikan gambaran umum tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan esok hari. Kedua, siswa sudah membawa alat-alat properti yang sudah disiapkan dari rumah masing-masing.
Ketiga, guru menyampaikan kembali kompetens idasar, tujuan pembelajaran serta metode yang akan digunakan sebagai penegasan kepada siswa. Keempat, siswa membaca kembali naskah sandiwara “Ranggalawe Gugur” yang sudah diberikan di hari sebelumnya agar siswa lebih memahami dan menghayati isi cerita tersebut sebelum tampil memerankannya di depan kelas.
Kelima, guru meminta setiap kelompok tampil dengan memakai properti sesuai peran masing-masing, saat siswa bermain peran di depan kelas guru memperhatikan serta mengamati penampilan masing-masing kelompok. Keenam, setelah semua kelompok tampil, guru bersama siswa menyimpulkan Tema, Tokoh, Setting, alur, dan amanat yang terkandung dalam sandiwara “Ranggalawe Gugur”. Kegiatan diakhiri dengan mengadakan evaluasi.
Dengan metode bermain peran (role playing) pembelajaran bahasa Jawa kelas VI SMP Negeri 7 Pemalang tentang memahami Tema, Tokoh, Setting, alur, dan amanat, yang terkandung dalam sandiwara “Ranggalawe Gugur” menjadi lebih menarik dan mengasyikan bagi siswa. Mereka menjiwai peran masing-masing tokoh dalam cerita tersebut. Yang pada akhirnya memahami intisari dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Guru memang seorang sutradara di dalam pembelajaran. Seorang guru harus berpikir cerdas, kreatif, serta inovatif meramu pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan tidak membosankan. Sehingga tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. (nov1/ida)
Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 7 Pemalang