RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid-19 membawa perubahan yang dahsyat bagi dunia dan memberikan tantangan bagi ketahanan psikologis, ekonomi, dan sosial masyarakat dunia, termasuk bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan wabah Covid-19 memberikan dampak terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi.
Sekolah terpaksa menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan yang biasa dilakukan. Semua lembaga pendidikan melakukan pembelajaran dengan metode jarak jauh.
Pendidikan merupakan suatu arahan serta sebuah pertolongan yang dilakukan secara sadar yang dibagikan oleh seorang pengajar kepada siswanya berdasarkan dengan perkembangan dan pertumbuhan menuju manusia dewasa (Novayulianti, R & Harlinda, S. 2021:987).
Pada 24 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid.
Dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.
Seiring menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia, sudah banyak wilayah yang memberlakukan sekolah tatap muka. Mengacu pada kebijakan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) dan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 bahwa untuk wilayah yang diberlakukan PPKM level 1, 2 dan 3 telah diberikan kelonggaran bagi sektor untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan izin Pemda setempat, membuat pembagian kelompok belajar dalam rombongan belajar, dengan satu hari maksimal 4 jam pelajaran tanpa waktu istirahat.
PTM menjadi pilihan bagi satuan pendidikan sebagai upaya mengurangi dampak negatif bagi peserta didik. Pembelajaran tatap muka terbatas yang mulai diberlakukan membuat guru harus kembali beradaptasi dengan metode pembelajaran yang terbilang baru.
Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari memahami situasi pembagian kelas yang berbeda-beda, terbatasnya waktu tatap muka, serta kendala lainnya.
Salah satu pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang terdampak pandemi Covid-19 yaitu pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang memerlukan penjelasan secara tatap muka serta praktik untuk menyampaikan langkah-langkah penyelesaian masalah. Pembelajaran IPA di SD merupakan suatu pembelajaran wajib siswa untuk dipelajari.
IPA mempelajari mengenai peristiwa yang terjadi secara ilmiah, dan mengenai materi pengetahuan alam yang berada disekitar aktivitas siswa (Novayulianti, R & Harlinda, S. 2021:988).
Masalah yang terjadi pada saat pandemi Covid-19 untuk mata pelajaran IPA yaitu praktik. Untuk pelajaran IPA di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Ngendrosari, Kajoran kurangnya waktu pembelajaran menjadi kendala penting. Karena kurangnya jam pelajaran saat kegiatan pertemuan tatap muka, banyak kegiatan praktik sulit dilakukan.
Pengurangan jam pelajaran mengakibatkan pencapaian materi pembelajaran menjadi tidak maksimal, serta penggunaan media dalam proses pembelajaran pun tidak optimal.
Waktu jam pembelajaran yang sangat terbatas membuat materi yang akan diserap anak belum dilakukan secara penuh. Situasi pandemi Covid-19 memberikan tantangan kepada guru untuk lebih inovatif dan mampu mengajar dalam waktu singkat.
Pembelajaran IPA mengharuskan siswa untuk mencari tahu tidak hanya pada penguasaan konsep saja. Proses pembelajaran IPA di SDN Ngendrosari juga menekankan pada pengalaman secara langsung dengan menerapkan pendekatan sainstifik yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Oleh karena itu guru perlu mengemas proses pembelajaran menyesuaikan jam pelajaran yang terbatas dan menyederhanakan materi pembelajaran agar tetap tersampaikan secara maksimal. (mn1/lis)
Guru SDN Ngendrosari, Kajoran, Kabupaten Magelang