RADARSEMARANG.COM, Pandemi covid yang berlangsung lebih dari tiga semester ini tidak dapat dipungkiri menyebabkan perubahan gaya belajar bagi siswa sekolah di pelosok negeri. Kegiatan belajar mengajar yang semula tatap muka akhirnya harus dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Mansyur (2020) menuturkan model pembelajaran yang adaptif dengan situasi pandemi ini adalah pembelajaran daring, karena dilaksanakan secara jarak jauh antara pendidik dan siswa. Pembelajaran daring merupakan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan media elektronik seperti gawai, laptop dan lainnya.
Perubahan drastis dalam sistem pembelajaran di sekolah dengan berbagai dampak Covid-19, mengakibatkan banyak siswa rentan mengalami permasalahan belajar.
Proses pembelajaran jarak jauh berefek pada hasil belajar yang sangat rendah, dikarenakan siswa banyak yang tidak mengikuti PJJ dan tidak mengirimkan tugas tepat waktu. Apalagi siswa dituntut harus mampu belajar mandiri, meskipun dengan banyaknya kendala yang dihadapi. Mulai dari sinyal, kuota, keterbatasan HP, dan alasan lainnya yang bisa menghambat proses belajar jarak jauh.
Selain itu perilaku menunda mengerjakan tugas/PR atau bahkan tidak mengerjakannya sama sekali karena tugas yang semakin banyak dan menumpuk. Penundaan dalam mengerjakan tugas merupakan akibat dari pengaturan waktu yang kurang efisien, berakibat tidak ada kepastian untuk mengerjakan tugas. Tidak ada prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan akhirnya tugas tugas tersebut menumpuk dan membuat siswa berat untuk mengerjakan.
Seorang prokrastinator adalah orang yang melakukan penundaan dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan. Seperti bermain HP, membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), menonton, mendengarkan musik, tiduran dan sebagainya. Sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. Keadaan tersebut disebabkan siswa mulai merasa bosan dengan model pembelajaran daring.
Noran (2007) mendefinisikan prokrastinasi sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan individu. Individu yang melakukan prokrastinasi lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lain yang sebenarnya tidak begitu penting dari pada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat.
Beberapa faktor yang melatar belakangi prokrastinasi pada siswa antara lain kepribadian siswa yang masih labil yang masih perlu mendampingan guru/orangtua, kompetensi siswa yang rendah, kecemasan/ perasaan tertekan, kekhawatiran atas kegagalan. Perilaku belajar yang negatif, faktor kesehatan fisik dan mental serta persepsi terhadap tugas yang dirasa sulit dan banyak.
Karena pertemuan tatap muka belum memungkinkan, guru BK dapat mulai membantu siswa untuk mandiri dalam memecahkan masalahnya. Guru BK harus melakukan ekplorasi masalah melalui komunikasi secara sungguh-sungguh dan terus menerus dengan siswa melalui daring. Dari langkah tersebut, guru BK dapat melanjutkan dengan memberi beberapa alternatif pemecahan masalah yang dibutuhkan oleh siswa itu sendiri. Sebagai alternatif, teknik cyber counseling cocok digunakan oleh guru BK untuk membantu siswa mandiri dalam memecahkan masalahnya.
Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, interaksi antara konselor dengan klien tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet dalam bentuk cyber counselling.
Layanan bimbingan dan konseling ini merupakan salah satu model pelayanan konseling yang inovatif dalam upaya menunjukkan pelayanan yang praktis dan bisa dilakukan dimana saja dengan koneksi internet (Surya, 2006).
Guru BK dan siswa dapat menggunakan media di antaranya WhatsApp, Zoom, Skype, e-mail, Google Meet, dan lain sebagainya. Hal tersebut mempermudah guru BK dalam pemberian layanan konseling pada masa pandemi, melalui media berbasis teknologi yang terbukti efektif.
Dengan adanya cyber counseling, guru BK mampu memberikan gambaran atapun informasi yang dibutuhkan siswa ketika berada dalam kondisi bermasalah. Kemudian mengarahkan pemikiran siswa ke arah yang lebih positif.
Sehingga siswa dapat fokus dalam mencapai tujuan pembelajaran, menumbuhkan motivasi pada diri sendiri dan membangun tingkat kepercayaan diri, serta bersama-sama dapat menyepakati langkah terbaik berikutnya untuk optimalisasi pembelajaran. (mk1/lis)
Guru BK SMPN 1 Mungkid, Kabupaten Magelang