RADARSEMARANG.COM, DALAM dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah tempat di mana anak mendapatkan pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal), sekolah (fomal) maupun masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar jika dalam dirinya terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan dapat diamati relatif lama.
Latar belakang siswa kelas 6 SDN Muhammadiyah Tanjungsari Kajen merasa tidak tertarik dengan pelajaran IPS, karena pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang sangat luas dan didalamnya banyak terdapat materi berupa hafalan-hafalan, serta ruang lingkup yang dipelajarinya adalah manusia sebagai anggota masyarakat, gejala dan masalah social, dan peristiwa tentang kehidupan manusia yang terjadi di
masyarakat. Selain itu, proses belajar mengajar di kelas yang bersifat konvensional sudah dianggap tidak relevan lagi dengan
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan.
Oleh karena itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa, misalnya “anak-anak senang bertemu kal ian hari i ni, kal ian adal ah anak-anak bapak atau/ibu yang hebat”. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energy positif yang dapat mempegaruhi semangat para siswa.
Melihat problem diatas, penulis menggunakan metode untuk mengubah pembelajaran lama menjadi Problem Based Learning (PBL). Yaitu suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 77).
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
Pertama, Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Kedua, Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Ketiga, Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
Keempat, Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya. Kelima, Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
Dengan PBL, siswa menjadi lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dalam pemecahan masalah sangat efektif digunakan untuk memahami isi pelajaran. Adanya pemecahan masalah menjadikan aktivitas pembelajaran siswa lebih meningkat. Hal ini berpengaruh besar terhadap hasil belajar mapel muatan IPS pada kelas 6. (cd1/zal)
Guru SD Muhammadiyah Tanjungsari, Kab.Pekalongan